Selama PJJ berlangsung, orang tua mempunyai peran menjadi guru anak-anaknya. Mereka dituntut untuk membimbing serta mendampingi anak-anaknya belajar, khususnya bagi anak usia sekolah dasar yang masih perlu bimbingan.Â
Sedangkan tidak semua orang tua dapat melakukannya, sehubungan waktu pembelajaran adalah ketika jam efektif bekerja.Â
Sebetulnya waktu pembelajaran bisa saja dialihkan pada malam hari atau waktu-waktu luang lainnya. Hanya saja dengan kondisi tersebut biasanya si anak sulit untuk dikondisikan, mengingat mereka pun rata-rata memiliki aktivitas lain seperti mengaji atau mengikuti les olahraga.
2. Tidak semua orang tua memiliki kemampuan pedagogik
Faktor keberhasilan proses pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh guru. Guru memiliki tanggung jawab menjalankan tugasnya secara profesional.Â
Salah satu ciri guru profesional satu di antaranya adalah memiliki kemampuan pedagogik, yaitu kemampuan mengelola suatu proses pembelajaran, sehingga sikap, perilaku dan pengetahuan anak didiknya berkembang dengan baik. Sedangkan semua orang tua belum tentu memiliki kemampuan pedagogik tersebut.
3. Dampak emosi negatif pada siswa
Dilansir dari sindonews.com, Gerakan Sekolah Menyenangkan yang diketuai Muhammad Nur Rizal, mengadakan survei kepada siswa terkena dampak PJJ. Jumlah responden pada survei ini sebanyak 1.263 siswa. Terdiri dari 534 siswa laki-laki dan 729 siswa perempuan.Â
Siswa SD yang disurvei sebanyak 553 siswa, SMP 445 siswa dan SMA/SMK sebanyak 265 siswa. Hasil survei tersebut menerangkan bahwa selama PJJ siswa merasakan emosi yang sifatnya negatif.Â
Emosi negatif itu seperti stres, rasa bosan, sedih, kurang paham akan materi, bingung, merasa dibebani, merasa sulit belajar, dan kurang motivasi.Â
Sehingga dapat disimpulkan pangkal permasalahan anak menjadi tidak senang dan malas untuk belajar,disebabkan dampak emosi negatif tersebut.