PDIP, partai yang dikenal sebagai kekuatan politik utama di Indonesia, tampaknya sulit melepaskan diri dari bayang-bayang Presiden Jokowi. Nama Jokowi selalu muncul dalam berbagai perdebatan terkait PDIP, meskipun ia sendiri telah berulang kali menegaskan netralitasnya dalam urusan partai.
Keputusan PDIP untuk secara mendadak memilih Pramono Anung sebagai calon gubernur Jakarta adalah contoh terbaru dari fenomena ini. Dalam pengumumannya, Pramono Anung menyatakan bahwa dirinya sudah meminta izin dan menerima restu dari Jokowi. Pernyataan ini kemudian menjadi bahan spekulasi, dengan banyak pihak menduga bahwa keputusan PDIP tersebut didorong oleh keinginan Jokowi untuk menghalangi Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, yang dikenal sebagai rival politik Jokowi.
Tuduhan ini diperkuat oleh pernyataan Ketua PDIP Jawa Barat, Ono Surono, yang menyebutkan bahwa Anies dijegal untuk menjadi calon Gubernur Jawa Barat oleh "Mulyono dan gengnya," sebuah nama yang sering diidentikkan dengan Jokowi. Ini menimbulkan pertanyaan mengapa PDIP tampaknya selalu menggunakan Jokowi sebagai alasan atau kambing hitam dalam strategi politiknya.
Dalam konteks ini, PDIP seolah terperangkap dalam pola pikir bahwa segala keputusan strategis mereka harus dilihat melalui lensa hubungan mereka dengan Jokowi, meskipun tidak ada bukti konkret yang mendukung tuduhan ini. Sikap ini tidak hanya berpotensi merugikan PDIP, tetapi juga menunjukkan bahwa partai ini lebih fokus pada konflik internal dan balas dendam terhadap figur Jokowi daripada merumuskan strategi politik yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan rakyat.
Salah satu tokoh PDIP, Bambang Wuryanto atau yang akrab dipanggil Bambang Pacul, pernah berkata, "Ndak mungkin mengalahkan orang baik, boss." Ucapan ini seolah menegaskan bahwa PDIP mungkin merasa terjebak dalam posisi di mana mereka terus-menerus berusaha "mengalahkan" Jokowi, baik secara langsung maupun tidak langsung, meskipun Jokowi adalah sosok yang sangat dihormati di mata publik.
Jika PDIP terus menerus berada dalam bayang-bayang Jokowi dan membiarkan tuduhan-tuduhan ini mengarahkan strategi politik mereka, hal ini bisa berdampak buruk pada masa depan partai. PDIP harus berani mengambil keputusan yang independen dan tidak terpengaruh oleh spekulasi atau tuduhan yang tidak berdasar. Dengan begitu, PDIP bisa membangun kembali kepercayaan publik dan memperkuat posisinya sebagai partai yang benar-benar mengutamakan kepentingan rakyat.
Sebagai penutup, meskipun Jokowi adalah sosok yang sangat berpengaruh, PDIP harus mampu menunjukkan bahwa mereka memiliki kekuatan dan visi sendiri. Mengkambinghitamkan Jokowi tanpa bukti yang jelas hanya akan merugikan partai itu sendiri, dan pada akhirnya, seperti yang dikatakan Bambang Pacul, "Ndak mungkin mengalahkan orang baik."***MG
Referensi Berita:
1. "Pramono Anung Maju Jadi Cagub Jakarta, PDIP Sebut Sudah Izin ke Jokowi," Kompas.com, 28 Agustus 2024.
2. "Ono Surono: Anies Dijegal Jadi Cagub Jabar oleh 'Mulyono dan Gengnya'," Detik.com, 29 Agustus 2024.
3. "Bambang Pacul: Ndak Mungkin Mengalahkan Orang Baik," Liputan6.com, 30 Agustus 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H