Selain itu, faktor-faktor internal dan eksternal turut mempengaruhi keputusan ini. Secara internal, PDIP tentu mempertimbangkan faktor loyalitas kader dan konsistensi ideologi partai.
Di sisi eksternal, kalkulasi politik terkait peluang kemenangan di Pilkada juga menjadi pertimbangan utama. Pramono Anung, dengan latar belakang dan pengalaman politiknya, dipandang sebagai pilihan yang aman untuk mempertahankan dominasi PDIP di Jakarta.
Keputusan ini juga berdampak signifikan terhadap dinamika politik di Jakarta. Dengan Pramono sebagai calon gubernur, pertarungan di Pilkada Jakarta diprediksi akan semakin ketat, terutama jika kandidat lain dari partai besar turut maju.
Apa Kesalahan Anies?
Dalam konteks ini, pertanyaan yang muncul adalah: Apa yang salah dengan strategi Anies? Ada kemungkinan bahwa Anies terlalu percaya diri dalam membaca arah politik PDIP.
Kepercayaannya bahwa ia bisa mendapatkan dukungan dari partai tersebut mungkin membuatnya mengabaikan sinyal-sinyal lain yang menunjukkan bahwa PDIP memiliki preferensi yang berbeda.
Surya Paloh, seorang tokoh politik yang berpengaruh dan mentor politik Anies, pernah menyatakan bahwa Anies masih perlu banyak belajar dalam berpolitik.
Mungkin ini adalah refleksi dari kesalahan Anies dalam memahami dinamika internal PDIP, atau bisa jadi, Anies salah dalam menilai seberapa besar pengaruhnya terhadap keputusan partai tersebut.
Kesalahan-kesalahan ini, jika tidak diperbaiki, dapat mempengaruhi peluang Anies di masa depan, tidak hanya di Pilkada Jakarta, tetapi juga dalam karier politiknya secara keseluruhan.
Peluang Anies di Masa Depan
Meskipun PDIP telah memilih Pramono Anung, bukan berarti peluang Anies sepenuhnya tertutup.