Sejarah Perjuangan Pemuda dan Mahasiswa sejak sebelum kemerdekaan, pemuda dan mahasiswa telah memegang peran sentral dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Mereka bukan hanya sekadar agen perubahan, tetapi juga simbol perlawanan terhadap penindasan dan ketidakadilan.Â
Di setiap fase penting dalam sejarah Indonesia, suara pemuda dan mahasiswa selalu bergema, memobilisasi kekuatan rakyat untuk melawan kekuasaan yang dianggap tidak adil.Â
Namun, pertanyaan yang muncul di masa kini adalah: Apakah suara mahasiswa saat ini masih menjadi representasi dari suara rakyat? Di tengah perubahan zaman dan dinamika politik, bagaimana kita menilai relevansi dan keberpihakan gerakan mahasiswa?
Peran pemuda seperti Soekarno, Hatta, dan Sutan Sjahrir dalam perjuangan kemerdekaan tidak bisa dilepaskan dari upaya mereka untuk membangkitkan kesadaran nasional. Mereka memobilisasi pemuda dan rakyat Indonesia untuk bangkit melawan penjajahan, baik melalui pergerakan politik maupun perjuangan fisik. Tokoh-tokoh ini menyadari betul bahwa kemerdekaan tidak akan datang dengan sendirinya, tetapi harus diperjuangkan dengan segenap tenaga dan pikiran.
Gerakan mahasiswa kembali menunjukkan kekuatannya pada tahun 1966, saat terjadi krisis politik dan ekonomi di bawah pemerintahan Orde Lama. Tokoh-tokoh seperti Soe Hok Gie dan Arief Budiman menjadi simbol perlawanan terhadap rezim yang dianggap tidak lagi mampu memimpin bangsa. Gerakan ini pada akhirnya berhasil menumbangkan Orde Lama dan membuka jalan bagi lahirnya Orde Baru. Namun, keberhasilan ini juga mengajarkan pentingnya menjaga independensi gerakan mahasiswa dari kepentingan politik praktis.
Di penghujung Orde Baru, mahasiswa kembali mengambil peran penting dalam sejarah bangsa. Pada saat itu mahasiswa berhasil memobilisasi massa untuk menuntut reformasi total dan menggulingkan Presiden Soeharto. Aksi demonstrasi besar-besaran di berbagai kota menjadi puncak dari akumulasi ketidakpuasan rakyat terhadap rezim yang otoriter dan korup. Era Reformasi pun dimulai, membawa harapan baru bagi demokrasi di Indonesia. Perjuangan ini memunculkan pahlawan reformasi, yakni beberapa mahasiswa yang menjadi korban saat mereka memperjuangkan aspirasi.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu, muncul pertanyaan apakah suara mahasiswa saat ini masih dianggap sebagai suara rakyat. Di era Presiden Jokowi, misalnya, kritik yang dilontarkan oleh sebagian mahasiswa sering kali dianggap kurang objektif dan terkesan bertentangan dengan keinginan rakyat banyak. Misalnya, dalam berbagai aksi demonstrasi yang menentang kebijakan pemerintah, tidak jarang muncul anggapan bahwa gerakan mahasiswa telah kehilangan relevansi dan cenderung lebih mewakili kepentingan kelompok tertentu daripada kepentingan rakyat secara luas.
Hal ini menunjukkan adanya perbedaan antara idealisme mahasiswa yang mungkin ingin memperjuangkan nilai-nilai tertentu dengan persepsi masyarakat umum yang lebih pragmatis. Dalam situasi seperti ini, suara mahasiswa tidak lagi dengan mudah diidentifikasi sebagai representasi dari suara rakyat, melainkan sebagai suara dari segmen tertentu yang bisa jadi tidak selalu sejalan dengan aspirasi mayoritas.
Bahaya Penunggangan Politik
Salah satu ancaman yang selalu mengintai gerakan mahasiswa adalah penunggangan politik. Dalam beberapa kasus, gerakan mahasiswa terlihat tidak lagi murni karena adanya afiliasi atau pengaruh dari kepentingan politik tertentu. Misalnya, ada indikasi bahwa beberapa aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa memiliki dukungan dari partai politik atau kelompok kepentingan yang ingin memanfaatkan gerakan mahasiswa untuk mencapai tujuan politik mereka sendiri.
Penunggangan politik semacam ini sangat berbahaya karena dapat merusak kredibilitas gerakan mahasiswa di mata publik. Ketika masyarakat melihat bahwa gerakan mahasiswa tidak lagi independen dan mulai terpengaruh oleh kepentingan tertentu, maka kepercayaan terhadap suara mahasiswa sebagai representasi suara rakyat akan berkurang.
Sejarah Perjuangan Pemuda dan Mahasiswa