Gibran menjadi walikota di Solo, tempat bapak nya Jokowi dulu menapak kehidupan politik pertama kali dan Bobby sang menantu presiden menjadi walikota di Medan.
Nampaknya keduanya ingin membuktikan bahwa posisi yang sekarang mereka tempati bukanlah hadiah karena mereka adalah putra dan menantu Jokowi.Â
Sejak awal kentara sekali keduanya ingin menunjukkan bahwa mereka terpilih karena kemampuan dan prestasi.Â
Bobby sang menantu Jokowi di hari pertamanya sudah mulai blusukan dan ingin membenahi kota Medan. Juga dia secara tegas memecat aparat yang kedapatan melakukan pungli dan mengganti pejabat yang dianggapnya tidak mumpuni.
Hal yang sama dilakukan Gibran. Putra sulung presiden ini juga mengandalkan blusukan sebagai cara menyerap inpirasi masyarakat seperti yang telah dilakukan oleh Jokowi. Dia juga bersikap keras ketika ada aparat yang melakukan pungli.
Tentu saja tindakan keduanya kemudian menimbulkan diskusi bahkan kontroversi. Ada yang mendukung namun banyak juga yang bersikap sinis bahwa ini hanyalah sebuah pencitraan.
Ya, memang tidak bisa juga terlalu cepat menilai bahwa tindakan ini merupakan pencitraan atau bukan. Sikap dan tindakan keduanya harus diuji apakah memang sikap tegas dan merakyat itu sungguh jati diri mereka atau hanya sekedar sandiwara belaka.
Apalagi tidak bisa tergesa untuk mengatakan bahwa mereka sudah siap menggantikan posisi Jokowi.Â
Hal yang pasti negeri ini masih sangat membutuhkan para pemimpin yang sungguh mau mengabdi dan melayani rakyat. Sebagai pemimpin muda harapan itu juga ada di pundak mereka.
Apakah Gibran dan Bobby akan mengikuti jejak Jokowi sebagai pemimpin bangsa ini? Wallahu alam. ***MG
Bahan bacaan