Mohon tunggu...
Akhmad Gunawan Wibisono
Akhmad Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Guru - Santri Ponpes Kreatif Baitul Kilmah Yogyakarta

Membahas Apapun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemimpin Ideal dalam Perspektif Al Mawardi

1 Februari 2023   18:55 Diperbarui: 1 Februari 2023   18:56 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Dalam ajaran islam, kepemimpinan merupakan sebuah tanggung jawab yang diperintahkan oleh Allah SWT. kepada manusia di muka bumi. Mengacu pada Q.S Al-Baqarah [2]:30 Allah SWT. menegaskan sebuah narasi kepada para malaikat bahwa manusia adalah "Khalifatun Fil Ardhi". Oleh karenanya, peran manusia di muka bumi tidak hanya beribadah kepada Allah SWT. semata, melainkan juga menjadi pemimpin di muka bumi. Sebab Memimpin berarti mampu mengorganisir umat agar tidak berbuat kerusakan dan senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT.

 Kepemimpinan tidak cukup untuk ditarik dalam arti sempit bahwa memimpin berarti mengarahkan, membina, bertanggungjawab pada kelompok masyarakat saja. Namun satu hal paling mendasar adalah bisa memimpin diri sendiri terlebih dahulu untuk berbuat kebajikan, sebab menjadi pemimpin merupakan amanah berat sehingga nilai tanggungjawab haruslah diimplementasikan secara real dalam wujud memberi teladan bagi bawahan.

 Al-Mawardi, ia merupakan pakar ilmu politik abad 10 M. yang lahir di kota Basrah 386 H./975 M. Ia memberi rumusan mengenai kepemimpinan ideal agar para pemimpin tidak berbuat sewenang-wenang ketika berkuasa. Keandalan Al-Mawardi dalam menggagas ilmu politik kepemimpinan sudah mahsyur sebab dirinya sejak kecil mencintai ilmu pengetahuan. Ia banyak menguasai ilmu hadits, fiqih, filsafat, politik, sastra, dan etika yang membuat dirinya menjadi tersohor tak hanya di Dunia Timur namun juga di Dunia Barat, Al-Boacen begitu sebutan Al-Mawardi di Barat.

 Dalam kitabnya yang berjudul Al-Ahkam as-Sultaniah wa al-Wilayat ad-Diniyyah Al-Mawardi memberi uraian perihal pemimpin ideal yang sesuai dengan politik keislaman. Kitab tersebut menjadi pegangan otoritatif bagi politisi muslim hingga sekarang, khususnya pada masyarakat Sunni. Sebab kitab tersebut menjelaskan secara rinci terkait kepemimpinan serta detail mengenai administrasi kenegaraan.

Berikut adalah rumusan pemimpin ideal menurut Al-Mawardi. Pertama, seorang pemimpin harus adil sebab keadilan menjadikan umat memperoleh win-win solution dalam setiap perlakuan, artinya menjadi pemimpin tidak memiliki pandangan yang berat sebelah dalam menyikapi maslahah. Kedua, memiliki wawasan luas dalam kemasyarakatan, artinya pemimpin harus jeli memandang dimensi majemuk dari masyarakat yang dipimpin karena latar belakang setiap masyarakat tentu berbeda. Ketiga, sehat panca indra, syarat ini tentu menjadi modal utama bagi pemimpin agar tidak cacat secara indrawi yakni tidak buta, tidak tuli, dan tidak bisu. Keempat, sehat jasmani, sebab pemimpin harus enerjik maka tubuh yang bugar adalah syarat mutlak untuk menjadi pemimpin yang baik. Kelima, kepandaian dalam mengatur masyarakat baik itu ihwal ekonomi, sosial, politik maupun secara konteks kebudayaan, seorang pemimpin haruslah mampu menjadi balancing system agar masyarakat tidak jatuh dalam kecemburuan sosial. Keenam, tegas dan berani, dua aspek tersebut harus dimiliki seorang pemimpin guna menyokong integritas untuk membela kepentingan rakyat, negara, dan wilayah. Ketujuh, memiliki nashab Quraisy, jika ditarik dalam konteks saat ini maka pemimpin ideal haruslah dari garis keturunan yang jelas, tidak perlu terpandang namun dari nashab yang dinilai baik oleh masyarakat. 

Apa yang dirumuskan oleh Al-Mawardi di atas menjadi pegangan bagi para pemimpin bahwa menjadi nahkoda bagi masyarakat memiliki peran signifikan. Selain menjadi suri tauladan, pemimpin juga harus mampu menjadi garda terdepan bagi bangsa yang ia pimpin. Sebab gerak laju sebuah bangsa turut menjadi tanggungjawab pemimpin untuk mewujudkan baldatun wa robbun ghafur. 

Gagasan pemimpin ideal juga menjadi alasan bagi Al-Mawardi ketika ia dihadapkan pada kondisi tata kenegaraan islam klasik pada abad 10 M. yang masih dikuasai oleh dinasti Abbasiyah. Ia tidak ingin para pemimpin islam jatuh dalam kedzoliman berkuasa, rakus jabatan (megalomania) dan menjalankan praktik abuse of power sehingga merugikan masyarakat dan faktor hancurnya kedinastian itu sendiri. 

Al-Mawardi, yang bernama lengkap Abu al-Hasan bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al-Bashri. Namanya tetap harum dikenal sebagai maestro ilmu politik keislaman. gagasan yang ia tuangkan dalam beberapa karyanya menjadi bukti nyata bahwa sosok yang disebut Al-Boacen ini merupakan tokoh islam yang mempunyai sumbangsih besar dalam perkembangan ilmu sosial politik berbasis keislaman. Ia menghembuskan nafas terakhir di Baghdad pada tahun 450 H./1058 M. tepat di usia 83 tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun