Menurut data dari Desa Neglasari, bentuk permukaan tanah di Kampung Naga berupa perbukitan dengan produktivitas tanah bisa dikatakan subur. Luas tanah Kampung Naga yang ada seluas satu hektare setengah, sebagian besar digunakan untuk perumahan, pekarangan, kolam, dan selebihnya digunakan untuk pertanian sawah yang dipanen satu tahun dua kali. Kampung ini sangat beruntung karena berada di lembah yang sangat subur sekali. Tidak menutup kemungkinan hal itu atas perhitungan-perhitungan para leluhur zaman dahulunya yang pertama kali menempati tempat,tersebut.
Penduduk Kampung Naga semuanya mengaku beragama Islam. Pengajaran mengaji bagi anak-anak di Kampung Naga dilaksanakan pada malam Senin dan malam Kamis, sedangkan pengajian bagi orang tua dilaksanakan pada malam Jumat. Menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga, dengan menjalankan adat-istiadat warisan nenek moyang berarti menghormati para leluhur atau karuhun. Segala sesuatu yang datangnya bukan dari ajaran karuhun Kampung Naga, dan sesuatu yang tidak dilakukan karuhunnya dianggap sesuatu yang tabu. Apabila hal-hal tersebut dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga berarti melanggar adat, tidak menghormati karuhun, hal ini pasti akan menimbulkan malapetaka.
Bentuk rumah di kampung Naga adalah panggung yang bahan-bahannya dari bambu dan kayu. Atap daripada rumah tersebut dibuat dari daun nipah, ijuk atau alang-alang. Lantainya terbuat dari papan dan sebagian Tepas nya (Teras) juga ada yang menggunakan talupuh(papan dari bambu). Rumah yang ada di Kampung Naga menghadap ke sebelah selatan dan sebelah utara dengan memanjang ke sebelah Barat dan Timur. Seluruh dinding rumah yang ada di sana masih menggunakan bilik yang terbuat dari bambu dan tidak ada yang di Cat  satupun, kecuali kapur. Didalam rumah tidak ada perabotan, misalnya kursi, dan meja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H