Mohon tunggu...
Gunawan Sri Haryono
Gunawan Sri Haryono Mohon Tunggu... lainnya -

Menjadi sahabat bagi yang sedih, menjadi teman bagi yang bersukacita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Meja Makan: Bukan Sekedar Tempat Makan, Tapi untuk Membangun Keintiman dan Kehidupan

27 September 2011   17:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:33 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MEJA MAKAN : BUKAN SEKEDAR UNTUK MAKAN, TAPI MEMBANGUN KEINTIMAN DAN KEHIDUPAN

Sumber Google

Meja makan secara sederhana adalah tempat untuk makan. Akan tetapi meja makan di rumah saya tidak menjadi tempat makan saja.Di meja makan itu saya punya waktu bersama dengan istri saya atau dengan anak-anak saya. Waktu kebersamaan dengan istri dan anak-anak adalah waktu yang berharga, karena itu waktu-waktu di meja makan saya putuskan menjadi waktu yang “sakral”. dimana saya membangun kedalaman relasi keluarga.

Membangun keintiman dengan istri

Sarapan adalah waktu dimana saya dengan istri saya bisa makan bersama. Untuk itu kami menjadikan waktu sarapan sebagai waktu untuk berkomunikasi secara mendalam. Sambil makan, kami berbagi apa yang kami alami , membicarakan keadaan anak-anak, tetapi juga menjadi waktu bersendau gurau.

Karena bagi saya waktu pagi agak longgar ( pekerjaan saya banyak di siang dan malam hari ), maka kami sering menggunakan waktu sarapan agak lama. Karena itu komunikasi bisa terjalin mendalam. Dari yang ringan-ringan hingga yang serius. Disitu ada tawa, ada pelajaran hidup, tetapi kadang-kadang ada kemarahan, bahkan air mata.

Karena kami menganggap saat makan adalah saat yang penting, maka kami membuat aturan,ketika makan tidak boleh diganggu. Jadi kami tidak akan menerima telepon atau sms. HP tidak boleh ada di meja makan atau di kantong. Dan kalau ada telepon bordering tidak diangkat.

Dengan melakukan itu ternyata kami menikmati kedalaman relasi. Ada keintiman yang tumbuh dari komunikasi di meja makan.

Membangun nilai-nilai kehidupan

Sekalipun tidak selalu, tetapi waktu makan malam sering kami bisa makan dengan anak-anak. Karena ada bersamaan dengan anak-anak, maka saya dan istri saya juga memanfaatkan waktu itu untuk membangun hubungan dengan anak-anak sambil membangun nilai-nilai kehidupan.

Sebagai contoh saya bercerita kepada anak-anak saya bahwa saya belajar dari seorang teman tentang bagaimana makan. Sehabis makan saya selalu melihat piring teman saya bersih, bahkan tidak tersisa nasi sedikitpun. Saya belajar bagaiamana ia menghargai sebutir nasi. Saya lalu memutuskan melakukan penerapan yang sama . Saya menceritakan keputusan saya itu kepada anak-anak saya sambil menunjukkan piring saya. Lalu terjadilah diskusi mengapa perlu demikian dan apa gunanya. Diskusi itu berkembang bukan hanya sekedar menghargai nasi, tetapi juga bisa sampai penghargaan kepada petani hingga tanggung jawab mengurus negara.

Lain waktu anak saya mengambil nasi terlalu banyak dan kemudian tidak habis. Istri saya mengambil sisa nasi itu dan memakannya. Kejadian itu menjadi kesempatan untuk membagi tentang pentingnya membuat perhitungan secara tepat dan tidak boleh sembrono, tetapi juga mengajar anak-anak bagaimana orang tua mengambil tanggung jawab ketika anak-anak gagal.

Pembicaraan tidak harus berangkat dari apa yang terjadi di meja makan, tetapi bisa dimulai dari cerita yang sedang ramai dibicarakan kemudian menjadi pembicaraan tentang nilai-nilai kehidupan. Malam ini kami membicarakan tentang bom di GBIS Kepunton Solo. Pembicaraan itu dimulai mengapa ada orang yang mau mati untuk mencelakai orang lain hingga keadaan politik negara, termasuk cara kerja BIN dan polisi.

Jadi pembicaraan di meja makan menyangkut banyak sekali topik. Karena itu pembicaraan di meja makan itu bisa satu pembicaraan yang dipenuhi canda tawa, kadang-kadang satu pelajaran yang mendalam, tetapi juga pernah membuat ada air mata.

Kepada anak-anak kami juga membuat peraturan selama makan tidak boleh terima sms atau telepon. Ini juga menjadi kesempatan untuk mengajar pentingnya menikmati relasi dengan orang-orang yang sedang di dekatnya. Kami memberitahu kepada anak-anak, bukan hanya pada waktu makan saja HP perlu “disingkirkan” tetapi ketika berkomunikasi dengan orang di manapun juga tidak boleh sambil sms an.

Meja makan menjadi waktu yang menyenangkan. Di situ kehidupan dibagikan dan diajarkan. Saya berharap anak-anak kelak akan terus mengingat nilai-nilai kehidupan yang mereka pelajari ketika di meja makan. Dan mereka juga bisa meneruskan nilai-nilai itu kepada generasi berikutnya, mungkin tidak melalui meja makan, tetapi melalui media lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun