Mohon tunggu...
Gunawan Sianturi
Gunawan Sianturi Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Gunawan Sianturi ialah seorang pria yang memiliki antusias pada dunia sinema, senang mengulik informasi seputar game, teknologi, uang, dan issue terbaru. Gunawan Sianturi, seorang penulis yang ahli dalam bidang SEO, saat ini menjalankan profesi sebagai SEO Writers dan Freelance Writers. Penulisan yang dioptimalkan untuk mesin pencari, memastikan konten mudah ditemukan dan mendapatkan peringkat tinggi di hasil pencarian online.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sutradara Akhirnya Mengungkap Everything Everywhere All At Once Bukan Sekadar Fiksi, Ini Penjelasan Ending "EEAAO"

25 November 2023   16:22 Diperbarui: 25 November 2023   16:25 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(EndingEverything Everywhere All At Once/A24 Pictures)

Membicarakan fiksi erat kaitannya dengan sebuah film, dan kalo ini terdapat karya sinema terbaik yang terkenal karena karakter fiksional.

Berikut ini akan diulas mengenai film Everything Everywhere All At Once, dirangkum dari beragam sumber untuk pencinta sinema.

"Everything Everywhere All at Once" Menjelajah Dimensi-dimensi Tak Terbatas

Everything Everywhere All At Once adalah petualangan yang penuh aksi, sci-fi yang lucu dan berjiwa besar tentang seorang wanita Cina-Amerika, Seorang imigran Tiongkok terbawa dalam petualangan luar biasa, di mana dia sendiri yang dapat menyelamatkan dunia dengan menjelajahi alam semesta lain yang terhubung dengan kehidupan yang bisa dia jalani.

Film ini membuka pintu ke petualangan epik melintasi dimensi-dimensi yang jarang terungkap. 

Dikemas dengan kekayaan visual, "Everything Everywhere All at Once" (EEAAO) menceritakan kisah seorang wanita sederhana yang tanpa sengaja menjadi pusat alur waktu dan dimensi.

Penonton dihadapkan pada tokoh utama yang melibatkan diri dalam perjalanan lintas waktu yang membingungkan. Wanita ini, dengan kepiawaian pemeran utama, menjadi magnet dimensi paralel. 

Namun, EEAAO tidak hanya tentang kekuatan super, film ini adalah sebuah pemaparan pribadi tentang perjuangan, keputusan sulit, dan pengorbanan.

Daniel Kwan selaku sutradara mengungkap bahwa Everything Everywhere All At Once terinspirasi dari film The Matrix, seperti diketahui adalah film dokumenter.

"Film ini seratus persen merupakan respons terhadap The Matrix, tentu saja, Kami ingin membuat versi kami sendiri" ucap Daniel Kwan di festival South by Southwest, Texas, Amerika Serikat, dikutip oleh penulis (Gunawan S/Kompasiana), Sabtu (25/11/2023).

Seperti film klasik Keanu Reeves, Everything Everywhere menampilkan tokoh protagonis yang menyadari bahwa dunia tidak seperti yang terlihat, dan yang memanfaatkan keterampilan baru untuk mengalahkan kekuatan gelap.

Visual Efek yang Mempesona

Keunikan film ini terletak pada visual efek yang mengagumkan. Setiap dimensi dirancang dengan keindahan dan kompleksitas sendiri, menciptakan pengalaman menakjubkan bagi penonton. 

Dari kota futuristik hingga lanskap surreal, EEAAO mengajak penontonnya merasakan keberagaman yang jarang terlihat dalam film mainstream.

Kompleksitas Emosional di Antar Dimensi

Selain adegan aksi dan visual yang mencengangkan, EEAAO menghadirkan lapisan kompleks emosional. 

Tokoh-tokoh dalam berbagai dimensi menghadapi dilema dan emosi yang meresap dalam hati penonton. 

Film ini berhasil menyatukan pengalaman emosional dan aksi dalam keseimbangan yang jarang dijumpai.

Musikalitas yang Menyatu dengan Cerita

Soundtrack film ini mengambil peran penting dalam mengarahkan emosi penonton. 

Dengan kombinasi musik orkestra yang menggemparkan dan elemen-elemen elektronik yang modern, musik EEAAO memberikan dimensi tambahan pada cerita. 

Ending Everything Everywhere All At Once yang Membuka Pintu Tanya

EEAAO menutup dengan akhir yang membingungkan namun memikat. Dengan ending menampilkan keintiman hubungan anak dan Ibu, film ini meninggalkan penonton dengan pertanyaan yang merangsang pikiran. 

Ending Everything Everywhere All At Once adalah undangan untuk terus merenung dan membentuk interpretasi pribadi terhadap petualangan lintas dimensi yang luar biasa.

Dalam akhir ceritanya, Evelyn dan Waymond bersatu demi pernikahan mereka, Evelyn menerima dan perkenalkan pacarnya Joy, Becky (diperankan oleh Tallie Mandel) pada ayahnya Gong Gong (diperankan oleh James Hong), bukti bahwa keterbukaan pikiran juga merupakan bagian penting.

"Everything Everywhere All at Once" merupakan sebuah film yang mengeksplorasi tak terbatasnya alam semesta, serta pikiran dengan cara yang jarang dilakukan. 

Dengan kombinasi keindahan visual, emosi mendalam, dan misteri multidimensional, EEAAO menjadi lebih dari sekadar fiksi, film ini menjadi perjalanan melintasi ruang dan waktu yang memberikan kesan mendalam pada pikiran dan hati penonton.

Demikian adalah ulasan film Everything Everywhere All At Once, beserta penjelasan ending film tersebut yang diringkas dari beragam sumber untuk pembaca.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun