Berikut adalah review film "Pamali Dusun Pocong" yang cuma sebatas permen sugus, nggak seram.
Review Film Pamali Dusun Pocong
Pamali: Dusun Pocong merupakan film dari waralaba Pamali, awalnya berpikir seperti itu. Namun, ternyata film ini diadaptasi dari video game petualangan populer Indonesia, Pamali: The Tied Corpse.
Film Pamali: Dusun Pocong menceritakan tentang pantangan lain dari sebuah desa terpencil, dan mengisahkan petualangan beberapa petugas medis, serta penggali kubur yang dikirim ke desa tersebut untuk membantu warga menghadapi wabah misterius.
Dikabarkan bahwa film ini berhasil menarik perhatian pecinta horor untuk menyaksikan Dusun Pocong di bioskop Indonesia.
Dilansir dari laman media sosial Instagram Pamali Movie, (26/10/2023), sebanyak 1.17 juta tiket bioskop terjual untuk film Pamali: Dusun Pocong. Â
Dalam hal ini hampir 1.2 juta penonton yang menyaksikan kutukan yang terdapat di Dusun Pocong, serta aksi pemerannya, termasuk Fajar Nugra sebagai Cecep, Yasamin Jasem sebagai Mila, Dea Panendra sebagai Gendis dan Arla Ailani yang tampil sebagai Puput.
Bagaimana, sudah penasaran dengan filmnya? Simak ulasan review film Pamali Dusun Pocong berikut ini.
Akting yang Biasa (2.3/5)
Dari akting para pemeran utama dalam film Pamali Dusun Pocong, beberapa poin yang dapat dilihat yaitu:
1. Karakter Cecep (diperankan oleh Fajar Nugra) ialah penggali kubur yang ditugaskan bersama Deden (Bukie B. Mansyur) agar membantu petugas medis mengguburkan mayat korban wabah.
Namun, mereka tidak menyangka bahwa wabah di desa itu ternyata cukup ganas yang menurut data mampu memakan hingga puluhan korban dalam satu hari.Â
Fajar Nugra cukup mencairkan suasana dari dialog yang kaku atas film Pamali, meski tetap tidak tertolong.
2. Arla Ailani memerankan sosok Puput menjadi daya tarik tersendiri, walaupun hanya berakting mondar-mandir. Ia cukup berhasil dalam memberikan stimulus kepada kaum pria ketika sampai pada adegan tertentu.
Hal ini bagus, tetapi sekaligus aneh ketika mengingat rating film ini dapat ditonton oleh penonton berusia 13 tahun. Belum lagi menyebut gore dan beberapa muncratan darah pada layar.
3. Yasamin Jasem memainkan perannya sebagai Mila, ia menjadi tokoh yang setengah matang. Tidak ada yang terlalu menarik dibahas darinya, hanya satu yang membuat bingung.
Ketika sudah jelas ketua regu medis sudah memutuskan untuk pergi, mengapa dia memilih untuk tinggal di desa?
Apalagi Deden dan Cecep justru mengikuti tugasnya yang paling berisiko di sini, banyak alur yang kehilangan konsep nalar atau sekira akal berpikir.Â
Sinematografi biasa (2.5/5)
Misteri yang menghantui menjadi sajian utama, seperti pocong yang kerap menampakkan diri dan menyerang, sampai akhirnya mengalami pengalaman mengerikan karena tidak sengaja gagal mengikuti adat istiadat setempat.
Yudi Datau selaku sinematografer memberi penonton POV, sudut pandang orang ketiga, dan panorama alam yang biasa.
Dari segi pencahayaan, film ini sangat suka gelap dan berkabut. Tidak ada efek khusus yang mendapat garis merah.
Adapun bokeh effect yang kurang maksimal karena pencahayaan yang buruk, membuat adegan jadi memaksakan unsur horor dalam gelap.
Plot yang buruk (2/5)
Setiap orang memiliki preferensi "horor" yang berbeda-beda, dan sebagai penggemar film horor yang tidak terlalu fanatik, saya memberi film ini rating 2/5.
Karena ceritanya tidak punya kesimpulan, terlihat hanya ingin nampak menakutkan namun dapat ditonton, dan menghibur.
Serangkaian peristiwa, dan misteri disampaikan dengan tidak bertanggung jawab.Â
Maksudnya adalah serangkaian pantangan, adat, dan asal-usul wabah hanya sebatas jalan kosong tanpa tujuan.
Penutup Review Film Pamali: Dusun Pocong (1/5)
Menutup dengan serangkaian kalimat tanpa penjelasan lebih, membuat film ini dianggap sebagai film yang mengeksploitasi lompatan seram (jump-scare) dan popularitas Pocong sebagai salah satu mahluk supranatural paling terkenal di Indonesia, khususnya di pulau Jawa).
Menurutku, hal yang dapat diapresiasi dari film ini adalah durasi Pamali: Dusun Pocong yang hanya 1 jam 30 menitan, menolong penonton yang sudah muak dengan film yang dibuat suka-suka bapaknya.
Demikian adalah review film Pamali Dusun Pocong, yang cuma sebatas permen sugus berdiri plus lompat, nggak seram.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H