Berikut akan diulas perihal review film Oppenheimer, terdapat kesan perlombaan untuk menciptakan senjata pemusnah massal dibungkus dengan alasan 'perdamaian dunia'.
"Oppenheimer" merupakan sebuah film biopik yang berfokus menceritakan kisah Julius Robert Oppenheimer (1904-1967) berasal dari keluarga kaya Yahudi dan mengaku sebagai "sesama pengelana" Partai Komunis Amerika Serikat.
Julius digambarkan sebagai pribadi yang rentan terhadap depresi, dia adalah seorang ahli kimia dan fisikawan yang luar biasa serta pelopor mekanika kuantum, dan berteman dengan Albert Einstein.
Film Oppenheimer juga menujukkan kilas balik peristiwa pada tahun 1943, saat ia diangkat sebagai direktur ilmiah Proyek Manhattan yang sangat rahasia di Los Alamos sebagai bagian dari perlombaan senjata melawan rezim Nazi selama Perang Dunia II.
Dianggap sebagai bapak bom atom, Oppenheimer menentang senjata termonuklir (bom H) setelah perang sambil berkampanye untuk mengontrol negara-negara internasional dalam menggunakan atau mengembangkan jenis senjata ini.
Ketika saya memutuskan untuk menonton film Oppenheimer di CGV Cinemas Transmart Cempaka Putih, Jakarta Pusat hari ini, Rabu (19/7/2023) pukul 15.30 WIB.
Saya menemukan tidak banyak penonton anak-anak, sebagian besar orang dewasa yang mengisi bangku pemutaran perdana Oppenheimer di CGV Cinemas Transmart Cempaka Putih, Jakarta Pusat hari ini, Rabu (19/7/2023) pukul 15.30 WIB.
Setelah menyaksikan film Oppenheimer, tangan saya tentu tidak ingin diam saja dan ingin mengulas film tersebut sesegera mungkin.
Berikut adalah review film Oppenheimer yang rilis dan tayang hari ini, (19/7/2023) pukul 15.30 WIB di CGV Cinemas Transmart Cempaka Putih, Jakarta Pusat hari ini, Rabu (19/7/2023) pukul 15.30 WIB.
Review Oppenheimer
Ulasan Oppenheimer ini dibuat berdasarkan pengalaman menonton penulis Kompasiana, dan juga beberapa rangkuman dari berbagai referensi.
Sebagai informasi, Julius pernah diabaikan oleh Presiden Harry Truman dan dicurigai oleh kaum konservatif memiliki ikatan Komunis, dan Oppenheimer juga mempunyai pengalaman terjebak dalam hiruk-pikuk pada tahun 1954 atas tuduhan spionase.
Saya akan mencoba untuk tidak membuka spoiler dalam mengulas film Oppenheimer 2023 karya Christopher Nolan ini.
Dalam kisahnya, Nolan memilih untuk fokus pada film biografinya, adaptasi dia yang terpopuler menjadi hasil karya ke-12nya yang dinamai dengan nama tokoh yang sama dalam buku.
Narasi Film Oppenheimer Membawa Gaya Klasik
Struktur film yang agak mengerucut pada pertanyaan di benak pembuat film adalah 'apakah para ilmuwan bertanggung jawab atas umat manusia lainnya', untuk penggunaan yang dilakukan politisi atas penemuan mereka.
Salah satu kutipan paling berkesan saya ambil saat Julius mengatakan hal atau sesuatu yang belum ada, tetapi memiliki kekuatan yang sangat besar sehingga Anda harus waspada.
"They won't fear it until they understand it, and they won't understand it until they've used it. Theory will take you only so far," ucap J. Robert Oppenheimer dikutip Kompasiana.
Sinematografi Oppenheimer Baik
Produser Charles Roven menawarkan film tersebut kepada penulis/sutradara Christopher Nolan dan produser Emma Thomas serta memberi tahu mereka tentang buku biografi "American Prometheus".
Nolan membaca buku tersebut dan mengambil keputusan buat menyutradarai film tersebut, berbekal segudang pengalamannya.
Ia sempat memberikan sebuah pidato terkait Oppenheimer yang diberikan di pesta penutupan film Nolan sebelumnya, Tenet.
Penggunaan VFX dan efek khusus dengan mengggunakan metode pembuatan film tradisional, Nolan adalah sutradara yang bisa membangun set yang nyata dan mencerminkan setpiece sinematik dengan memfilmkannya alih-alih mendigitalkannya memanfaatkan CGI.
CGI menurutnya hanya mengurangi pengalaman sinematik penonton, Oppenheimer merupakan salah satu film yang meminimalisir penggunaan CGI, berbekal dari kejeniusan sinematik Nolan yang dikombinasikan dengan kisah luar biasa yang mengubah dunia dengan lebih dari satu cara.
Pesan Oppenheimer kepada Dunia
Pesan Oppenheimer kepada dunia adalah hal yang sangat spesifik dan dapat memecah belah, dengan tanggung jawab pembenarannya diletakkan pada penonton.
Hal yang spesial dan dapat dirasakan oleh penonton setelah pergi dari bangku bioskop.
Adapun pesan relevan yang coba disampaikan Nolan melalui Oppenheimer, yakni bahayanya 'Kecerdasan Buatan' (AI).
Aktor Pemeran Oppenheimer Baik
Pemerannya menampilkan kualitas yang baik seperti yang penonton harapkan, atau setidaknya seperti harapan saya.
Skenarionya mengalir secara alami, dengan bantuan pendalaman karakter yang menakjubkan dan menarik.
Sampai di titik ini, beberapa penonton pasti bakal menyamakan Oppenheimer dengan Interstellar.
Secara menyeluruh, Christopher Nolan selaku sutradara Oppenheimer mampu menyeimbangkan keintiman antar karakter sekaligus menyandingkannya dengan beberapa adegan paling berpengaruh yang pernah ditampilkan di layar lebar.
Walaupun runtime film membutuhkan waktu untuk menyiapkan beberapa bagian, tetapi pada bagian akhir Oppenheimer dibayar tuntas.
Demikian adalah review Oppenheimer, film ini sukses membuat saya terpesona pada besarnya dan skala peristiwa yang terjadi dikemas dalam sinematik yang baik.
Terakhir, bagi penonton yang menginginkan dosis aksi atau adrenalin ketika menonton di bangku bioskop hari ini, saya pribadi tidak menyarankan Anda untuk menonton film Oppenheimer.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H