Polusi udara merupakan sebuah issue yang menarik untuk selalu dibahas hingga sekarang ini, sebagai warga Jakarta sebagai salah satu kota yang terpapar polusi udara cukup parah mesti siap dengan risiko yang ditimbulkan.
Biasanya yang menjadi biang penyebab polusi udara adalah pembakaran bahan bakar fosil tidak ramah lingkungan, misalnya minyak bumi, dan batu bara.
Penggunaan bahan bakar tersebut tentunya dimanfaatkan guna menciptakan energi sebagai transportasi, pembangkit tenaga listrik, dan sebagainya.
Hal ini meningkatkan pencemaran udara tiap tahun di berbagai belahan bumi.
Dampak yang dirasakan manusia terhadap pencemaran udara ini pun beragam, mulai dari yang ringan hingga berat.
Menurut studi terbaru yang mengevaluasi hubungan antara polusi udara dan demensia, yakni yang pertama memasukkan studi berdasarkan pemastian kasus aktif dan untuk mengevaluasi studi menggunakan alat penilaian bias baru yang lebih kuat.
Mengutip dari meta-analisis Harvard T.H. Chan School of Public Health, bahwa paparan polutan udara partikulat halus (PM2.5) dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia.
Sekarang ini mereka tengah mempertimbangkan untuk memperkuat batas paparan PM2.5 oleh organisasi seperti Badan Perlindungan Lingkungan.
 "Temuan kami mendukung pentingnya kesehatan masyarakat dari tindakan semacam itu," Ujar Marc Weisskopf, Cecil K. dan Profesor Philip Drinker dari Epidemiologi dan Fisiologi Lingkungan, seperti dikutip Kompasiana.com, (15/6/2023).
Studi yang mereka gunakan adalah dengan menggabungkan penelitian yang lebih baru melibatkan penyaringan seluruh populasi studi, diikuti dengan evaluasi demensia tatap muka dari peserta yang tidak menderita demensia pada awal.