Mohon tunggu...
Asep Gunawan
Asep Gunawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Baru-baru ini suka membaca dan mengerjakan soal matematika dasar (setelah menonton COC Ruang Guru). Suka traveling dan menguasai Bahasa Inggris dan Turki.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Tam dan Anak-anak Panti - Part 1 (Tam)

7 September 2024   01:39 Diperbarui: 2 Oktober 2024   00:48 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Namun di balik senyum cerahnya, Tam menyimpan sejuta tanya. Seiring bertambahnya usia, ia mulai menyadari bahwa dirinya berbeda dari anak-anak lain di panti. Sementara yang lain masih memiliki kenangan samar tentang orang tua mereka, atau setidaknya tahu alasan mengapa mereka bisa berakhir di panti, Tam sama sekali tidak memiliki petunjuk tentang asal-usulnya.

Suatu malam, ketika usianya genap sepuluh tahun, Tam memberanikan diri untuk bertanya pada Suster Metha. "Suster, mengapa saya bisa ada di sini? Apakah orang tua saya tidak menginginkan saya?"

Pertanyaan polos itu menghujam tepat di hati Suster Metha. Ia memeluk Tam erat, air matanya menetes tanpa bisa ditahan. "Tam sayang, kamu adalah anak yang sangat istimewa. Tuhan memiliki rencana besar untukmu. Mungkin sekarang kamu belum bisa memahaminya, tapi suatu hari nanti, semua akan jelas."

Jawaban itu tidak memuaskan rasa penasaran Tam, tapi ia tahu bahwa Suster Metha-lah yang selama ini merawatnya dengan penuh kasih sayang. Tam membalas pelukan Suster Metha, membiarkan kehangatan itu menyelimuti hatinya yang gundah.

Waktu terus bergulir, dan Tam kini telah tumbuh menjadi remaja berusia lima belas tahun. Bakatnya dalam seni semakin terasah. Lukisan-lukisannya bahkan pernah dipamerkan dalam sebuah galeri kecil di pusat kota Jakarta, hasil dari program pembinaan bakat yang diikutinya di sekolah.

Namun, semakin ia beranjak dewasa, semakin kuat pula keinginannya untuk mengetahui identitas aslinya. Siapa orang tuanya? Mengapa mereka membuangnya? Apakah mereka masih hidup? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepalanya, memenuhi setiap sudut pikirannya.

Suatu hari, ketika sedang membersihkan gudang panti sebagai bagian dari tugas rutinnya, Tam menemukan sebuah kotak kardus usang yang tampak familiar. Jantungnya berdegup kencang. Apakah ini...?

Dengan tangan gemetar, Tam membuka kotak itu. Di dalamnya, ia menemukan selembar kertas lusuh- kertas yang sama dengan yang ditemukan bersamanya lima belas tahun lalu. Namun kali ini, Tam melihat sesuatu yang tak pernah ia sadari sebelumnya. Di balik kertas itu, tertulis sebaris kalimat yang nyaris tak terbaca:

"Maafkan kami, Nak. Suatu hari, kami akan menjemputmu kembali. Tunggu kami di tempat ini pada tanggal 31 Desember 2024."

Tam terduduk lemas, air matanya mengalir deras. Tanggal itu... tepat beberapa bulan lagi. Apakah ini artinya ia akan segera bertemu dengan orang tua kandungnya? Apakah mereka benar-benar akan datang? Dan jika mereka datang, akankah Tam siap untuk bertemu dengan mereka?

Berbagai emosi berkecamuk dalam diri Tam. Antara harapan dan ketakutan, antara keinginan untuk bertemu dan kemarahan atas abandonment yang ia alami. Haruskah ia memberitahu Suster Metha dan Ibu Lauren tentang hal ini? Atau sebaiknya ia simpan sendiri rahasia ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun