Mohon tunggu...
Gunawan BP
Gunawan BP Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa. Hanya seorang pemuda yang berasal dari Desa Bumi Pajo, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, NTB. Mencoba belajar dan berbagi melalui untaian kata dan kalimat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sang Guruku di Tanah Perantauan (Part 3)

18 November 2017   02:40 Diperbarui: 18 November 2017   02:47 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Guruku yang satu ini adalah sosok yang begitu tegas, disiplin, semangat belajar dan berbaginya begitu tinggi. Beliau berasal dari Kota Palopo, Sulawesi Selatan. Namanya adalah Quadri Hassul.

Beliau ini adalah salah satu seniorku yang paling disegani oleh teman-teman dan junior-juniornya di kampus. Salah satu yang menyebabkan demikian, oleh karena ketegasannya tersebut. Nada bicaranya memang agak tinggi, sehingga pendengarnya, apalagi aku dan teman-teman yang masih junior kadang takut. Ya, takut oleh karena ketegasannya tersebut. Bahkan pernah suatu waktu, aku "dimarahi" olehnya lantaran aku pernah tak ikut rapat persiapan Lomba Matematika Pelajar (LMP) Tingkat Siswa SMP dan SMA/sederajat se-Sulselbar. Waktu itu, aku hanya bisa diam dan tak berani bicara oleh karena kesalahanku tersebut.

Soal kedisiplinan, beliau adalah teladannya. Apalagai kalau sudah buat janji dengan seseorang, terkait dengan waktu pertemuan atau apa pun namanya. Jangan coba-coba datang tidak tepat waktu. Jika datangnya tidak tepat waktu, siap-siap saja kena sanksi. Bahkan, beliau enggan bicara dengan siapa pun yang suka mengingkari janjinya (baca: tidak disiplin waktu).

Aku masih ingat, suatu waktu, aku dan teman-temanku meminta beliau untuk membimbing kami dalam mata kuliah Kalkulus. Waktu itu, beliau seorang yang terlebih dahulu datang, sedangkan kami yang membuat janji dengan beliau datangnya belakangan, bahkan melewati waktu yang telah kami tentukan sendiri. Lama beliau menunggu kami. Dan setelah waktu yang ditentukan seharusnya sudah mulai waktu bimbingan, namun karena kami belum ada yang datang, beliau langsung pulang. Parahnya lagi, kami berpapasan dengan beliau. Kami baru saja tiba di kampus, beliau sudah menaiki motornya. Langsung beliau beranjak pulang. Dari situ, aku sendiri khususnya benar-benar merasa bersalah, oleh karena tidak bisa hadir tepat waktu. Aku sangat menyesal waktu itu karena membuat beliau kecewa.

Aku percaya bahwa orang yang memiliki ketegasan dan begitu disiplin, semangat belajar dan berbaginya tentu sangat tinggi dan sungguh luar biasa. Salah satu contoh nyatanya adalah sang guruku tersebut (baca: Quadri Hassul).

Memang beliau merupakan salah satu mahasiswa di angkatannya yang berprestasi. Kamar kosnya penuh dengan berbagi jenis buku. Makanya tak heran sang kutu buku yang satu ini dipercaya oleh teman-temannya waktu itu sebagai Koordinator Bidang Akademik, juga sering dipercaya sebagai Ketua Panitia dalam berbagai lomba atau kompetisi. Begitu yang kudengar. Bahkan, Periode 2009-2010, beliau diamanahkan sebagai Ketua Umum HMJ Pendidikan Matematika UINAM.

Demikian juga dengan semangat berbaginya. Beliau adalah salah satu contoh konkret yang tak ingin pengetahuan dan ilmunya hanya dinikmati oleh seorang diri. Beliau selalu ingin berbagi kepada siapa pun yang membutuhkannya. Ketika ada program bimbingan belajar untuk mahasiswa baru, beliau sudah pasti masuk dalam daftar tentor. Bahkan, uang pribadinya pun beliau tak segan-segan menghabiskannya, asalkan itu demi kebaikan dan juga untuk kepentingan bersama.

Ada satu cerita yang cukup menarik juga kala itu. Waktu pelaksanaan LMP semakin dekat, sementara persiapannya, khususnya soal lomba belum rampung. Ditambah lagi saat itu hari libur. Mau tidak mau aku dan beliau harus kejar target. Beliau tak pulang kampung, demikian juga denganku. Aku pun dijemput oleh beliau di kosku untuk datang membuat soal-soal lomba secara bersama-sama di kontrakannya.

Yang jelas beliau adalah sosok yang begitu istimewa di mataku. Beliau adalah salah satu guruku di tanah perantauan. Aku sendiri banyak belajar dari beliau. Terutama, ketiga hal seperti yang kumaksud di atas. Bahkan, tak segan-segan aku mencoba menerapkan ilmu yang kudapatkan dari beliau tersebut di salah satu organisasi yang kubina. Dan, memang betul, dampaknya untuk kebaikan organisasi sangat baik dan positif.


Aku sangat bersyukur karena bisa belajar langsung dari beliau. Mencoba mengikuti kepribadiannya yang begitu tegas dan disiplin. Meskipun, aku belum bisa sepenuhnya dengan beliau. Tetapi, paling tidak, apa yang kudapatkan dan kupelajari dari beliau, sangat berpengaruh terhadap kehidupanku hingga kini.

Terima kasih kanda, atas berbagai arahan dan bimbingannya selama ini. Insyaallah, akan selalu kuingat dan kuterapkan. Maaf, bila kami seringkali melakukan kesalahan dan lainnya. Sebab, kami hanyalah manusia biasa, dan juga masih dalam tahap belajar.

Wallahu a'lam.

Oleh: Gunawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun