Mohon tunggu...
Gunawan BP
Gunawan BP Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa. Hanya seorang pemuda yang berasal dari Desa Bumi Pajo, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, NTB. Mencoba belajar dan berbagi melalui untaian kata dan kalimat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Diam-diam vs Banyak Omong

28 September 2017   01:31 Diperbarui: 28 September 2017   01:57 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setidaknya ada dua tipe orang yang saya kenal dalam melakukan suatu hal. Pertama, diam-diam, tapi berhasil dan langsung jadi. Orang yang seperti ini biasanya tak banyak perencanaan, langsung bertindak/beraksi, dan tak suka pamer. Kedua, banyak omong, banyak perencanaan, namun sama sekali tak ada hasil, ending-nya nihil; istilah zaman sekarang adalah omong kosong. Tipe kedua ini, sudah pasti planning dan konsepnya berjibun, mulutnya sering berbusa, suka pamer (oleh karena banyak omong). Barangkali Anda juga pernah menemukan/melihat orang yang semacam ini dalam kehidupan sehari-hari.

Jika disuruh memilih dari kedua tipologi manusia di atas, maka saya yakin kita lebih cenderung dan akan memilih tipe yang pertama, yaitu diam-diam tapi langsung jadi, daripada memilih tipe kedua yang hanya bisa berbicara dan banyak omong (planning) namun sama sekali hasilnya nihil. Dan, menurut saya, orang yang memiliki tipe kedua ini akan mudah terjangkit penyakit semacam frustasi, mungkin juga sampai "gila" oleh karena apa yang diomongkannya, atau apa yang direncanakannya tak tercapai.

Sebaliknya, kategori orang yang masuk pada tipe pertama, tak terlalu ambil pusing, manakala usahanya belum tercapai. Sebab, ia tak banyak bicara, apalagi sampai bercerita ke sana kemari tentang konsep ini dan itu dalam mencapai targetnya. Ya, ia akan fine-fine saja. Tak banyak beban psikis yang dipikul. Beda halnya dengan orang yang berada dalam tipe kedua seperti tersebut di atas.

Banyak merencanakan sesuatu, banyak bicara dan/atau banyak omong tapi hasilnya kosong, tentu akan mengganggu jiwa/psikis kita. Mungkin juga, kita akan malu dengan orang-orang di sekitar, terlebih kepada orang yang pernah mendengar omongan, cerita, dan/atau perencanaan kita.

Jadi, menurut saya pribadi, dalam melakukan suatu hal (apa pun itu), lebih baik diam-diam tapi jadi, daripada banyak omong namun tak ada hasil dan tak jadi-jadi. Meminjam istilahnya Cita Citata, sakitnya tuh di sini, di dalam hati, bila sudah berjuta-juta perencanaan namun toh hasilnya tak tampak.

Wallahu a'lam.

Oleh: Gunawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun