Hal demikian juga sebenarnya bukan tanpa alasan. Mahasiswa tersebut tidak mau kalau nilainya kurang bagus oleh karena ketidakhadiran beberapa kali. Miris rasanya. Gara-gara takut nilai "jelek", kejujurannya pun diobral.
Semuanya hanya sebatas formalitas. Mereka tidak peduli dengan kecurangan atau hal negatif lain yang dilakukannya, asalkan bisa mendapatkan nilai yang bagus. Padahal, yang mesti diperhatikan adalah hal yang substansial. Mendapatkan nilai dengan cara yang tidak baik (curang, dan lainnya) adalah contoh yang tidak baik. Tidak perlu ditiru oleh yang lainnya.
Perlu diingat oleh kita semua, bahwa tujuan pendidikan adalah mencetak generasi yang berakhlak. Bukan hanya sekadar cerdas dalam ranah pengetahuan (kognitif) sehingga ujung-ujungnya hanya ingin memperoleh nilai yang bagus, tetapi yang utama adalah cerdas dalam berakhlak.
Oleh karena itu, sudah seharusnya kita semua berbenah diri. Siswa, mahasiswa, guru, maupun dosen, semuanya harus introspeksi diri agar segala bentuk aktivitas kita di lingkungan sekolah atau pun kampus tidak hanya sekadar formalitas belaka. Bila semuanya sadar, maka tujuan utama pendidikan akan bisa tercapai, sehingga terciptalah generasi yang betul-betul menjunjung tinggi nilai kejujuran dan kebenaran, tanpa ada rekayasa.
Wallahu a'lam.
Oleh: Gunawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H