Mohon tunggu...
Gunawan BP
Gunawan BP Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa. Hanya seorang pemuda yang berasal dari Desa Bumi Pajo, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, NTB. Mencoba belajar dan berbagi melalui untaian kata dan kalimat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Kejujuran dan Kebohongan

4 April 2017   21:25 Diperbarui: 5 April 2017   05:00 1512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul tulisan ini, sesungguhnya terinspirasi dari status salah satu teman facebook saya, yang saya baca pada Sabtu, 18 Maret 2017. Bila saya membaca status beliau terkesan seperti seseorang yang pernah dibohongi oleh orang lain (baca: pacarnya). Nadanya, menurut tafsiran saya, lebih kepada persoalan dua sejoli yang sedang dirundung kasmaran, namun dibangun atas dasar sebuah kebohongan atau sandiwara belaka. Yang pada akhirnya, kebohongan tersebut terbongkar juga.

Menarik memang bila saya membaca statusnya. Satu kalimat terakhirnya yang membuat saya berenung, sehingga saya memberanikan diri untuk menuliskannya seperti ini. Kalimat terakhir yang beliau tulis, bunyinya kira-kira seperti ini: “lebih baik kita sakit dalam kejujuran daripada bahagia dalam kebohongan.”

Kalimat ini, bila saya mencermatinya ternyata cukup dalam sekali maknanya. Memang betul, sesuatu yang dibangun atas dasar kebohongan tidak akan bisa berjalan dengan mulus, bisa saja berakhir dengan rasa sakit yang sangat mendalam dan atau barangkali akan menyimpan rasa dendam di antara ke duanya. Sebaliknya, bila sebuah hubungan dibangun atas dasar kejujuran, maka walaupun pahit akan terasa manis dan bahagia.

Memang kejujuran merupakan sesuatu yang mahal harganya. Bahkan, tidak bisa dibeli dengan apa pun. Kejujuran mestinya harus kita tanamkan pada setiap pribadi kita, dalam keadaan dan kondisi apa pun. Kejujuran tidak boleh kita obral demi kesenangan sesaat. Sebab, kejujuran adalah kehormatan tertinggi yang dimiliki oleh seseorang. Bila nilai kejujuran sudah hilang dari diri seseorang, maka kehormatan dan harga dirinya sudah tiada artinya lagi.

Maaf, di sini saya tidak bermaksud untuk menggurui siapa pun. Tetapi, paling tidak, mari kita sama-sama saling bermawas diri, saling introspeksi diri. Apakah dalam hidup ini kita lebih banyak melakukan kebohongan atau kejujuran? Tentu jawabannya, hanya diri kita sendiri dan Tuhan saja yang mengetahuinya secara pasti.

Memang betul, bahwa tidak ada satu pun manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan dan dosa. Pasti, pasti, dan pasti setiap orang pernah melakukannya. Dalam keadaan sadar maupun tidak. Salah satunya, barangkali berbohong.

Namun, bila dalam keseharian, kita lebih banyak melakukan kebohongan maka segeralah introspeksi diri, sebelum maut menghampiri kita. Mari kita sama-sama selalu perbaharui dan perbaiki kualitas diri kita. Kita hiasi diri masing-masing dengan sifat jujur, walau itu pahit dan sulit. Sehingga kemudian kita bisa hidup berdampingan secara harmonis dengan yang lainnya.

Hidup ini akan terasa indah, bila dibangun atas dasar kejujuran dan saling percaya satu sama lain. Sebaliknya, hidup ini bisa hancur seketika, bila dibangun atas dasar kebohongan dan tidak saling percaya satu sama lain. Bila kita mencintai sesuatu, maka cintailah sesuatu yang dimaksud atas dasar kejujuran, bukan sebaliknya, malah dibungkus dengan kebohongan, kepalsuan, atau sandiwara belaka.

Wallahu a’lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun