Mohon tunggu...
GUNAWAN
GUNAWAN Mohon Tunggu... Guru - Guru ASN

Guru desa melakukan apa saja agar otak tidak beku.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bed Of Struggle and Hope, Perjuangan dan Harapan dari Kamar Isolasi Covid-19

10 Januari 2021   21:29 Diperbarui: 10 Januari 2021   21:38 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tetapi ternyata pikiran negatif pun bisa muncul dari diri sendiri. Ada semacam perasaan bersalah yang hadir di pikiran saya. Saya pernah merasa berdosa kepada keluarga, saudara, dan rekan-rekan saya atas apa yang terjadi pada saya. Betapa banyak kesusahan dan kerepotan gara-gara apa yang saya alami. Tetapi kemudian saya juga mengetahui bahwa tak seorangpun berani menjamin dirinya sendiri bahwa ia tak mungkin bisa tertular Covid 19.

Di saat bergumul dengan rasa bersalah itu, di layar TV di kamar perjuangan saya, saya menonton berita tentang orang-orang pesohor yang tak bisa menghindarkan diri dari Covid 19. Presiden, artis, olahragawan, semuanya. Saya sempat tersenyum kecut ketika menyaksikan di TV, klub sepakbola jawara Belanda, Ajax Amsterdam yang hampir lumpuh karena sekian belas pemainnya tertular Covid 19. Padahal mereka sedang berkompetisi di Liga Eropa. Semoga mereka tetap bisa melangkah dengan baik.

Jika orang-orang yang kondisinya lebih serba terjaga itu bisa tertular Covid 19, lalu apalah saya ini?

Dalam hati saya katakan, “ Buang rasa bersalahmu. Tataplah ke depan dengan berani!”

Kedua, dalam perjuangan melawan Covid 19 saya menjadi semakin menghargai hidup dan kehidupan. Bahwa hidup yang diberikan Tuhan itu indah. Kita harus menjaga dan mempertahankan keindahan hidup itu sampai kita menghadap kembali kepadaNya. Tuhan mengingatkan saya tentang itu lewat hadirnya Covid 19 di tubuh saya.

Dan yang ketiga, dalam cobaan Covid 19 ini saya merasa Tuhan membukakan mata dan hati untuk bisa melihat datangnya para pahlawan yang menghampiri saya dengan apa yang mereka lakukan.

Keluarga yang sangat mendukung saya, tetangga saya, saudara saya dengan segala bantuan yang mereka berikan. Dokter dan perawat berpakaian hazmat yang wajahnya pun tak bisa saya kenali, yang selalu menjaga dengan tulus dan begitu menyemangati saya. Atasan saya dan rekan-rekan kantor saya yang selalu membantu pekerjaan saya dan memberi support dari jauh. Sungguh mereka adalah pahlawan yang hadir dalam hidup saya. Covid 19 mendorong saya menjadi orang yang semakin berpikir positif kepada manusia lain. Semoga saya juga bisa selalu bertindak positif kepada orang lain.

Semoga tulisan singkat saya ini bisa sedikit membantu kita semua dalam perjuangan melewati pandemi Covid 19.

Semoga Allah selalu melindungi kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun