[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi (sumber foto: indomiliter.com)"][/caption]
Sejak lama Indonesia sebagai negara yang berdaulat sering dibenturkan dengan negara-negara tetangganya. Baik itu benturan yang tidak sengaja maupun benturan yang memang sengaja dibuat agar indonesia dan negara tetangga menjadi bermusuhan.
Di jaman Pemerintahan Soekarno Indonesia berhasil dibenturkan dengan Malaysia dan Singapura yang akhirnya terjadi konfrontasi. Indonesia dibawah Presiden Soekarno yang memang "darah panas", gampang tersinggung dan melayani konfrontasi dengan merapat ke Uni Soviet saat itu. Sementara Malaysia dan Singapura dibantu Inggris dan Amerika.
Di masa Presiden Soeharto juga Indonesia sengaja dibenturkan dengan tetangga, namun saat Soeharto yang memang lebih lunak dibanding Soekarno, konfrontasi itu tak pernah terjadi. malah di masa Menlu Adam Malik dibentuklah ASEAN (Assosiation of South East Asia Nation) sebagai perkumpulan negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara. Dalam organisasi ASEAN ini pak Harto bisa mengendalikan setiap pertentangan antar negara dengan diplomasi para diplomatnya yang handal.
Dalam beberapa dekade pertentangan selalu ada, masalah batas wilayah dan juga klain-klain kebudayaan seperti Batik dan lagu Rasa Sayange dan lain-lain berusaha diselesaikan pemerintahan SBY dengan cermat dan tidak terjadi konfrontasi yang merugikan rakyat banyak.
Dimasa Soekarno saat terjadi konfrontasi dengan Malaysia Indonesia mengalami kerugian dengan keluar dari PBB dan juga merap[at ke uni Soviet yang notabene adalah negara komunis. Saat itu maka Soviet mensuplay senjata perangnya ke Indonesia. beberapa produk alat tempur buatan Soviet dibeli oleh pemerintahan Soekarno. Dalam hal ini juga ideologi Komunis berkemabng dengan pesatnya sehingga pada tahun 1965 meletus pemberontakan yang akhirnya menurunkan pamor Soekarno sebagai macan Asia.
Pada saat itu yang diuntungkan adalah Soviet sedangkan Indonesia dan rakyatnya makin terpuruk dan menderita. memang kita tidak boleh melupakan sejarah, namun sejarah yang kelam harus dilupakan dan agar tidak menjadikan kita sebagai negara pendendam yang akhirnya terpuruk dan tenggelam dalam dendam itu sendiri. Sejarah cukuplah menjadi pelajaran agar kita tidak mengulangi sejarah buruk yang terjadi pada diri kita khususnya maupun negeri kita pada umumnya.
Jikalau konfrontasi terus-terusan terjadi seperti di IOran dan Iraq, Afganistan-Pakistan, India dan Srilangka, negara-negara itu tak akan terus berperang dan terus membeli senjata-senjata yang diproduksi Amerika, Inggris , Jerman dan negara-negara produsen alat perang lainnya. tanpa peperangan pabrik mereka akan tutup dan gulung tikar.
Apakah kita akan memperkaya negara produsen alat perang dan merugikan rakyat hanya karena permasalahan sepele yang masih bisa dirundingkan (diplomasi). Jika dengan menulis artikel seperti ini ada pembaca yang menuduh penulis sebagai seorang pengecut yang takut berperang dan tak membela harga diri bangsa itu terserah.
Selama ini saya malah bersyukur bahwa SBY tidak cepat 'panasan" walau sering dituduh pengecut. namun sepertinya pak SBY mengutamakan kemaslahatan rakyat agar tidak menderita menjadi korban perang (konfrontasi). Presiden sebagai panglima tertinggi angkatan perang berhak menyatakan perang dengan bangsa lain. namun pak SBY tidak melakukan itu.
Negara kita sudah merdeka, jadi mau apa lagi yang harus diperangkan. Jika hanya masalah ketersinggungan akibat kesalahfahaman yang bisa dirundingkan dengan baik apa salahnya itu saja dilakukan tanpa adanya peperangan yang merugikan semua pihak. kalaupun menang dari Singapura apa yang kita dapatkan?
Paling kita akan diembargo PBB dan juga dunia International karena menyerang negara kecil. Dengan demikian mereka punya alasan untuk menyerang negeri kita dan menguasainya dengan menyedot sumber daya alamnegeri ini.
Jadi bagi yang masih ngotot ingin perang walau sudah pensiun ingatlah pak, memang umur bapak tidak lama lagi kalau pun perang bapak tidak rugi... tapi anak cucu kita masih ingin menghirup udara aman negeri ini, hidup aman tanpa desing peluru, mau pergi ke masjid ,gereja,vihara,klenteng,dan tempat ibadah tidak takut waas-was diserang tiba-tiba.
Saya berdoa untuk masa yang akan datang negeri ini akan mendapat Presiden yang sabar dan tidak 'panasan" bisa berunding dan tak gampang terpancing oleh provokasi yang ingin menghancurkan negeri ini.
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H