Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Orang Miskin Harus Bisa Kuliah

6 Februari 2014   16:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:05 1042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah proyek selesai saya diajak menjadi asistennya mengajar laboratorium pemrograman komputer di kampus saya dulu. Akhinya jadilah saya pegawai tidak tetap disana selama 2 tahun. Pada tahun 1999 rejeki menghampiri saya lagi. Saya ikut mendaftar menjadi PNS di kampus saya dengan posisi sebagai Teknisi laboratorium. Alhamdulillah saya lulus dan sampai sekarang saya menjadi teknisi disana.

Apakah saya puas dengan kedudukan saya sekarang? Tentu belum. Saya masih punya ambisi yang sangat lama terpendam. Saya ingin menjadi dosen di kampus saya sendiri. Saya harus kuliah lagi. maka saya mengajukan izin belajar dan melanjutkan S1 (ekstensi) ke jurusan Elektro di Universitas Sumatera Utara dengan biaya sendiri. Saya sisihkan gaji saya untuk kuliah dan sebagian untuk keperluan rumah tangga.

Suka duka melanjutkan S1 disaat awal-awal berumahtangga dengan adik kelas dulu di kampus. Alhamdulillah dia mengerti kondisi saya dan mau membantu saya. Mertua saya juga sangat baik dan sayang kepada saya. Merekalah yang membiayai kuliah saya di S1.

Akhirnya saya selesai S1 dan saya berhasil penyesuaian ijazah di kampus tempat saya bekerja. Namun untuk menjadi dosen syarat minimal harus S2. Maka saya kuliah lagi S2 di Universitas yang sama. Sekarang ini saya masih berstatus mahasiswa magister (S2) Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.

Sumber biaya kuliah saya terus terang saya katakan dari pinjaman di Bank Rakyat Indonesia. BRI bersedia memberi pinjaman kepada saya sebesar Rp 60 juta dengan ciclan sekitar Rp 1,5 juta perbulan yang dipotong langsung oleh bendahara kantor untuk dibayarkan ke BRI.

Tanpa kenekatan mungkin saya tidak bisa kuliah S2 seperti sekarang ini. Dengan gaji PNS yang alhamdulillah bisa menghidupi keluarga dan 2 orang anak saya, juga bakal akan saya kuliahkan setinggi-tingginya. Saya sudah merasakan, bahwa kuliah dan menyelesaikannya akan menjadikan kita manusia yang bisa mandiri dan meningkat ekonominya dan harkat martabatnya.

Saya sangat bersyukur dan berterimakasih bahwa pemerintah banyak memberikan beasiswa kepada mahasiswa miskin melalui program Bidikmisi dan juga BBM serta PPA. Tidak ada alasan lagi untuk mereka yang miskin tidak mau kuliah karena khawatir tak ada biaya. Semangat dan kerja keras serta pantang menyerah adalah kunci keberhasilannya. jangan jadi generasi malas dan cengeng serta manja. Jika ada kemauan pasti ada jalan.

Memang tidak dipungkiri banyak sarjana menganggur. Namun itu hanya menunggu waktu yang tepat saja untuk mereka bisa bekerja atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Saya bisa rasakan perbedaan pada diri saya yang bisa menyelesaikan bangku kuliah dengan yang tidak kuliah.

Maaf jika artikel ini berkepanjangan dan bernada curhat. Tujuan saya menuliskan pengalaman kuliah saya hanya untuk berbagi agar teman-teman yang mengalami nasib yang sama dengan saya jangan putus harapan dan pantang menyerah. Kejar cita-citamu setinggi langit. Saya terharu membaca berita ada kakek usia 97 tahun berhasil menyelesaikan S3 dan meraih gelar Doktornya.

Saya belum setua kakek itu dan saya harus bisa meraih apa yang diraih kakek itu juga. Doakan saya bisa cepat menyelesaikan thesis saya dan meraih gelar M.Kom dan bisa alih status menjadi dosen di kampus saya  atau kampus - kampus lain yang mau menerima saya. Saya akan mendarmabaktikan ilmu yang saya miliki untuk semua orang yang membutuhkannya.

[caption id="attachment_320924" align="aligncenter" width="480" caption="Berpose di depan Kampus bersama teman satu angkatan (sumber:docpri)"]

13916778821202548223
13916778821202548223
[/caption]

Salam Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun