Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memilih Caleg dan Capres Tak Seagama Takut Berdosa

15 Februari 2014   22:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:47 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignnone" width="960" caption="Ilustrasi(sumber foto:fb teman)"][/caption]

Detik-detik pileg dan pilpres sudah semakin dekat. para caleg dan capres sudah pada pasang ancang-ancang. Banyak cara yang dilakukan. kalau di kampung kami para caleg yang beragama Islam sudah mulai kampanye di masjid-masjid dan juga disela-sela acara hari besar Islam. Baru-baru ini acara Maulid dan takbir akbar di kampung dimeriahkan dengan "sisipan" kampanye para caleg ini.

Kasak kusuk (sara) telah disebar, bukan memperbaiki kualitas dan menunjukkan kesungguhan untuk berkompetisi secara sehat malah menebar fatwa-fatwa yang "mendoktrin" konstituen untuk memilih mereka dengan ancaman "berdosa" jika tidak memilih caleg atau capres yang seagama dan seakidah.

Serangan ini masih ampuh ditengah rakyat kecil yang tingkat pendidikkannya masih rendah. mereka belum bisa mencernah ayat dan hadist yang disampaikan yang akhirnya menurut saja karena takut dosa. Padahal cara-cara ini membuktikan bahwa seseorang yang terpilih dengan hasil menjual ayat-ayat akhirnya juga mengkhianati rakyat dengan korupsi dan memperkaya diri dan kroninya saja.

Seandainya para caleg ini hanya tidak sekedar menjual doktri, tapi memang berkualitas dan beritikad baik untuk mengabdi kepada bangsa dan rakyat yang diwakilinya, maka cara yang digunakan dengan menunjukkan etos kerja yang tinggi dan berusaha memberi perubahan kearah yang baik untuk para pemilih di wilayahnya tersebut.

Jangankan pernah berbuat sesuatu yang bermanfaat di masyarakat selama ini, para caleg ini juga tak dikenali dan saat mencalonkan diri jadi caleg atau capres baru berusaha merayu dan mendekati rakyat dengan gayanya masing masing yang kadang penuh tipu muslihat dan dibuat-buat.

Rakyat sebagai pemilih harus cerdas menggunakan suaranya. jangan sampai tertipu dengan cara-cara licik seperti ini. Suara rakyat bisa dibeli hanya dengan 50 ribu rupiah sudah tak menjadi rahasia umum lagi. Hal ini karena rakyat juga masih susah atau bersikap terlalu apatis dan materalistis. Mereka hanya mau mencoblos caleg atau capres yang telah memberi sesuatu pada mereka. Misalnya caleg dan capres yang sudah bagi-bagi sembako dan uang maka akan menangguk suara yang bisa mengantarkanya ke kantor dewan atau istana yang terhormat.  itu.

Dengan cara itu akhirnya mereka juga bukan akan memikirkan rakyat, pastinya mereka akan segera mengembalikan modal uangnya yang telah dihamburkan untuk biaya kampanye dan membeli suara-suara rakyat yang telah mencoblosnya karena dibayar.

Kalau hal ini masih terus terjadi, maka negeri ini masih akan terpuruk dan bergelimang koruptor baru akan tumbuh subur menggantikan para koruptor yang sekarang sudah mendekam di penjara karena tertangkap tangan KPK. Atau para koruptor yang masih belum ketahuan dan masih menikmati hasil korupsinya. Bahkan ada para koruptor yang mencuci uangnya untuk pergi haji dan membangun masjid untuk bertobat dan berdoa agar tak ditangkap KPK.

Ya, itulah dilema kalau rakyat kita pendidikkannya masih rendah sedangkan politik kita sudah mengadopsi politik tingkat tinggi. Maka dengan demikian rakyat juga yang tetap menjadi korban dan masih terus dalam gelimang kemiskinan dan kebodohan yang telah berurat dan berakar.

Salam Miris Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun