[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Posko Penaggulkangan Caleg Sterss di Jalan Perintis Kemerdekaan Kebun Lada Binjai (sumber;tribunnews.com)"][/caption]
Hiruk pikuk pemilu 2014 belum usai, hasil sudah kelihatan dari quick count. Caleg-caleg gagal sudah mulai depresi dan stres. Â Fenomena caleg stres selalu berulang setiap perhelatan pemilu dengan korban orang yang berbeda lagi.
Sejak diterapkan sistem pemilu langsung kecurangan semakin merajalela dengan menggelontorkan sejumlah uang untuk serangan fajar dan bentuk money politik lainnya jadilah seorang itu caleg tanpa hambatan. Yang penting modal gede harus dikeluarkan.
[caption id="" align="alignnone" width="640" caption="Witarso caleg stres dari PD sedang dimandikan (sumber tvone/simomot)"]
Ada juga yang sudah keluar modal, tapi modalnya ngutang dan menggadai harta benda namun gagal akhirnya stres dan masuk rumah sakit jiwa. Padahal mungkin belum gila, cuma mau menghindari debt colektor saja.
Fenomena siswa stres juga berulang, sebentar lagi 14 April 2014 UN akan dilaksnakan. Setiap perhelatan UN (Ujian nasional) di gelar. Banyak yang pergi ke dukun biar lulus. Ada lagi yang memanjatkan doa bersama dan istighosah  (hampir sama dengan kelakuan para caleg). Ya lumayanlah masih ingat Tuhannya. Daripada yang ke dukun.
[caption id="" align="aligncenter" width="538" caption="UN tak Beres Siswa kian stres sumber:liputan6.com)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Bunuh diri karena tak lulus UN (sumber:tribunnews.com)"]
Pihak sekolah dan guru-guru juga tak kalah stresnya. Sekolah ingin mendongkrak siswanya agar lulus semua. Jadilah kecurangan disana-sini. Guru disuruh membuat kunci jawaban dengan cara membocorkan soal. Bahkan siswa disuruh beli kunci jawaban biar lulus ujian.
Dari kejadian ini ada juga yang gagal. Padahal mungkin dia siswa yang pintar. namun karena dia tak mau curang akhirnya tak lulus ujian. Sang siswa menjerit meraung dan kesurupan. Inilah fenomena siswa stres setiap tahun pasti berulang.
Birokrat negeri ini senang buat rakyatnya stres. Peraturan dibuat untuk bisa dilanggar dan dicurangi. Yang curang menang yang jujur terbujur kaku bunuh diri karena stres. Entah apa maksudnya membuat kebijakan seperti ini.Berharap menginginkan mutu standart pendidikkan yang tinggi dan setingkat internasional. Alih-alih bisa terlaksana dengan baik dilapangan, namun hasilnya menimbulkan masalah baru yaitu stres.
Sepertinya birokrasi stres negeri ini harus segera diakhiri. Para pembuat kebijakan dan undang-undang perlu memikirkan membuat peraturan yang tidak membuat orang jadi curang dan stres. Jika rakyat banyak yang stres, bisa-bisa negeri ini jadi negeri stres . Jika rakyat stres tak tahu apa lagi yang mau dilakukan selain hanya bengong-bengong sendiri atau ngamuk-ngamuk tak menentu.
Akhirnya birokrasi stres pun berjalan bagai mesin pembunuh untuk rakyat yang tak tahan menahan stres yang akhirnya apatis dengan keadaan negeri ini dan jadilah mereka tak merasa memiliki negeri ini. Timbul mental rakyat yang semau gue. Tak perduli dengan bangsa dan negaranya sendiri. Dan inilah yang sudah mulai terjadi....
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H