[caption id="" align="alignnone" width="780" caption="Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.(sumber foto;kompas.com)"][/caption]
Visi misi Jokowi di bidang pertanian telah tersebar luas. Banyak yang mencibir bahkan mengatakan ide pertanian itu sudah lama dan kuno,bahkan ada yang bilang Jokowi lulusan kehutanan kok bicara pertanian. Apalagi ada yang nuduh Jokowi mencuri ide Prabowo soal bank pertanian.
Indonesia yang meruapakan negara pertanian tapi pertaniannya memble sejak lama, boro-boro mau swasembada pangan wong kedelai saja diimport dari luar negeri. Beras import dari Thailand dan Vietnam. buah-buahan banyak diimport dari China. Lah Indonesia nanam apa?
"Jokowi tak bisa mengalahkan presiden SBY yang lulusan Doktor Pertanian dari IPB. Sedangkan Jokowi cuma lulusan sarjana S1 Kehutanan dari UGM. Mana bisa Jokowi mengembangkan dan memajukan pertanian yang sudah terpuruk seperti sekarang ini. " Seperti itulah cibiran-cibiran para hater Jokowi.
Potensi pertanian yang ada di negeri ini belum digarap dengan maksimal. Malah ilmu pertanian yang dikembangkan universitas seperti IPB hanya sebagai wacana dan malahan yang mengadopsi banyak negara asing dan mereka berhasil mengembangkannya. Sedang kita gigit jari dan hanya terkagum-kagum saja. Kita heran melihat jambu bangkok buahnya besar-besar. Pepaya Kalifornia yang besar dan manis. Sedangkan konon itu dikembangkan oleh ilmuwan Indonesia.
Potensi alam Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal, banyak lahan kosong yang nganggur hanya ditumbuhi rumput dan ilalang. halaman rumah warga yang bisa dimanfaatkan untuk warung hidup atau apotik hidup juga banyak menganggur. Rakyat masih malas bercocok tanam. Hanya orang desa saja yang mau menanam seadanya. Itupun kalau harganya murah mereka akan pristasi dan banyak yang hanya berharap menjadi buruh tani saja yang makan upah karena tak mau menanggung resiko gagal panen karena harganya murah.
Ide bank pertanian yang bakal membantu modal para petani tinggal menunggu eksekusi. Para pemikir yang jago teori sudah lama memimpikannya. Tinggal menunggu pak Jokowi untuk mengeksekusi program itu. bagaimana bisa memajukan pertanian, memberikan pupuk murah dan bibit murah yang berkualitas tinggal mengeksekusi saja. Teorinya sudah banyak betebaran diseminar-seminar yang hanya untuk mencari kredi SKS para ahli namun tak pernah dieksekusi.
Inilah saatnya pertanian indonesia akan maju. Berharap bisa swasembada pangan. Luas lahan pertanian kita cukup banyak. Namun banyak disalahgunakan. Malah banyak sawah di kampung yang dijual untuk perumahan mewah milik para koruptor yang mencuci uangnya. Â banyak tanah warga dibeli dengan harga murah. Diiming-imingi uang satu koper untuk menjual sawahnya. kalau tak mau ditakut-takuti dengan preman dan aparat pemerintah. Akhirnya pak tani dengan menangis darah menjual sawahnya. Ini sudah lumrah di negeri agraria seperti Indonesia.
Banyak anak petani yang tak mau jadi petani, karena melihat nasib bapaknya yang selalu susah dirundung gagal panen dan dibentak-bentak tengkulak dan rentenir. Dia dendam tak mau jadi petani akhirnya jadi buruh di kota besar yang semakin padat tak mampu menampung anak-anak petani yang mengadu nasib jadi buruh di kota.
Jokowi harus segera menghentikan ini jika terpilih jadi preiden nanti. Dia harus membangkitkan kembali jiwa juang para petani dan anak-anaknya harus bangga dengan jadi petani yang sukses. para sarjana pertanian tak malu untuk kembali ke desa membangun pertanian. Bukan hanya berhara jadi PNS yang bertugas menjadi penyuluh lapangan namun tak mempraktekan. Kalau sarjana pertaniannya juga jadi petani sungguh akan maju pertanian Indonesia dengan waktu yang relatif cepat.
Itulah sebagian rangkuman visi dan misi Jokowi dalam bidang pertanian yang hanya tinggal eksekusi pada saat nya nanti. Kalau pun bidang lain masih banyak yang bisa dikembangkan jika salah satunya tak diprioritaskan maka bisa-bisa semuanya tidak akan maju-maju seperti sekarang ini.
Ingin mengetahui visi misi Jokowi dibidang pertanian silakan di download di sini.
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H