[caption id="" align="aligncenter" width="546" caption="Sumber foto: kompas.com"][/caption]
Tergantung siapa yang menilai. Jika dia pendukung Jokowi bisa mengatakan benar dan tidak salah. Tapi kalau dia pendukung Prabowo pasti menyalahkan Jokowi. Bukan saja menyalahkan tapi menghujat, memaki, mengejek dan yang berani terang-terangan melawan seperti mahasiswa di maksar berdemo dan berbuat anarkis.
Saya rasa semua orang akan merasa berat bukan hanya pendukung Prabowo pendukung Jokowi juga merasakan hal dan dampak yang sama. Kita yang biasa membeli BBM premium dengan harga Rp 6.500,- akhirnya harus rela membayar Rp 8.500,-. Seperti biasa jika BBM naik maka harga-harga yang lain akan ikut-ikutan naik. Makanya pendukung Prabowo gak terima jika dibandingkan BBM dengan rokok, karena harga rokok tidak mempengaruhi harga yang lain. Padahal mereka tahu bahwa semakin murah harga rokok maka harga nyawa juga akan semakin murah.
Belum genap sebulan Jokowi sudah berani bertindak tidak populer dan sangat rawan. Tapi itulah Jokowi Presiden baru Indonesia yang berani menghadapin resiko apapun demi kepentingan bangsa seluruh rakyat Indonesia. Rakyat yang mana> celetuk pendukung pak Wo, Waduh ternyata belum mengakui juga Jokowi sebagai presiden ya.
Kalau teringat jaman belanda mungkin secara dejure Jokowi sebagai presiden RI tapi menurut pendukung Pak Wo secara defakto pak Wo lah yang masih mereka harapkan. Jadi kalau pun kebijakan Jokowi ini baik untuk seluruh rakyat mereka toh juga akan menikmatinya kan...
Terlepas benar atau salah kebijakan Jokowi, kenaikan BBM pastilah ada nilai plus dan minusnya. Hal itu lumrah semua kebijakan pasti ada kedua nilai itu. Bapak kita dirumah saja jika bikin aturan pastilah tak semua isi rumah setuju dengan peraturan bapak kita sendiri. Konon lagi keputusan Jokowi yang bukan orang tua kandung kita sendiri.
Sebaiknya kita ambil positifnya saja. Seperti beberapa hari ini saat saya berkendara setiap pagi ke kantor sekaligus mengantar anak saya ke sekolah. Sudah beberapa hari ini jalan desa kami terlihat agak longgar. Yang mana sebeklumnya macet oleh banyaknya mobil-mobil mewah dan sepeda motor yang dikendarai anak-anak sekolah yang bahkan masih SMP . Dengan kenaikan BBM sepertinya mereka agak mikir pengeluaran sehingga mobilnya diparkir dulu di garasi dan anak-anak diantar saja ke sekolah dengan sepeda motor.
Itu baru sedikit perubahan yang saya nilai positip. jalanan sedikit lengang tidak seperti biasanya. Bagaimana menurut pengamatan anda? Apakah merasakan hal yang sama seperti yang saya alami?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H