Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banjir Jakarta Ahok Dinista

11 Februari 2015   11:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:27 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Banjir di Jalan Medan Merdeka Utara depan Istana Merdeka, Senin (9/2/2015)./KOMPAS.COM"][/caption] "Ahok terlalu sombong, Ahok terlalu banyak bacot, Ahok terlalu koar-koar soal banjir." Itulah sebagian hujatan dan nistaan sebagian warga Jakarta saat musibah banjir saat ini. Warga menista dan menyalahkan Ahok, Sedangkan  Ahok menuduh ada sabotase. Malah yang tidak kena banjir mengolok-olok dengan gambar-gambar kreativitas ngawur kebablasan yang tujuannya katanya hanya untuk hiburan. Kok gak sekalian aja Tuhan dipersalahkan karena menurunkan hujan di Jakarta dan Bogor serta daerah Puncak yang sudah gundul hutannya karena dibangun villa untuk mesum di puncak sana? Hutan gundul salah siapa? Apa salah Tuhan juga yang menciptakan orang-orang serakah yang menebangi hutan semena-mena. Kalau hanya pandai saling menyalahkan masalah tak akan selesai. Banjir akan terus datang. Kenapa sih sebagian rakyat kita hanya pandai menyalahkan dan kritik doang. Habis itu bangga dengan kritiknya yang bisa merendahkan pemimpinnya sendiri. Bukannya kritik membangun malah kritik yang bikin orang manyun. Kan sudah banyak yang memberi saran, saya juga menyarankan kalau ibu kota negara mau bebas banjir pindah saja ke daerah yang tidak pernah banjir. Kenapa sih susah amat move on untuk pindah dari Jakarta? Tak ada uang? Atau memang sayang kalau Jakarta yang sudah maju, mewah, dan hedonis akan sepi karena tidak jadi ibu kota negara lagi? Wacana pindah ibu kota negara hanya ramai saat Jakarta banjir beberapa hari digenang air. Setelah air surut ide itu pun ikutan surut dan menguap. Mereka yang berpikiran pragmatis pastilah akan berpikir bahwa banjirnya kan cuma paling lama 2 minggu, sedangkan 50 minggu ke depan kan tidak banjir. Benar sih makanya harus disyukuri jangan mengeluh saja, kan tidak setiap hari kebanjiran selama 365 hari berapa hari sih yang banjir? Itu kata-kata orang yang tidak merasakan banjir. Bagi yang menjadi korban bagaimana perasaannya? Sudahlah berhenti saling menyalahkan, saling mengejek dan menista. Sekarang saatnya pindahkan ibu kota ke daerah lain yang tidak banjir. Siapa pihak yang terkait untuk bisa merealisasikan ide ini? Iya Pak Presiden, DPR dan lain-lain. Ayo jangan takut Pak Jokowi untuk memindahkan ibu kota Negara. Saya yakin kita akan tambah maju. Lihat saja Malaysia berani memindahkan ibu kotanya dari Kuala Lumpur ke Putra Jaya akhirnya mereka punya kota baru yang maju dan modern. Jika sebagian penduduk Jakarta pindah ke ibu kota yang baru maka penataan kota juga bisa lebih mudah karena akan mengurangi kesemrawutan yang terjadi seperti sekarang ini. Jadi kalau gak mau tiap tahun kebanjiran pindah saja dari Jakarta itu sosulis yang paling masuk akal saat ini. Tapi kalau tak mau ya sabar dan syukuri saja kalau kebanjiran jangan saling menyalahkan. Semoga banjir Jakarta cepat surut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun