[caption id="attachment_396637" align="aligncenter" width="540" caption="Operator CDMA di Indonesa/medianya.com"][/caption] Beberapa hari ini saya sudah pindah layanan internet yang tadinya memakai operator Esia yang lumayan kenceng di daerah saya. Kemarin saya mendatangi kantor Esia di Medan yang berada di Jalan Iskandar Muda. Saya ingin menanyakan kejelasan selanjutnya apa yang harus saya lakukan sebagai pelanggan yang sudah membeli perangkat CDMA yang sekarang mangkrak tak bisa digunakan lagi. Tak dinyana petugas di sana meminta maaf memelas karena perangkat saya tak bisa digunakan lagi untuk internetan karena mereka akan mengalihkan pelanggannya ke operator lain, yaitu SmartFren. Sayangnya karena perangkat saya, yaitu Smarphone Huawe Ideos yang saya beli bundling dengan paket internet AHA milik Bakri telekom ini ter-lock. Artinya perangkat saya itu tak bisa pakai sim card dari operator lain. [caption id="" align="aligncenter" width="389" caption="Ini Perangkat yang saya beli dari Esia Bundling paket AHA milik Bakri Telekom"]
Ini Perangkat yang saya beli dari Esia Bundling paket AHA milik Bakri Telekom
[/caption] Sumber gambar:
disini. Malang benar nasib para pelanggan CDMA seperti saya, selain Esia, Telkomfleksi, Starone dan Hepi juga tutup. Selain perangkat yang dibeli dengan harga yang tidak murah akhirnya mangkrak tak terpakai. Bagaimana tanggung jawab para operator CDMA ini? Tidak jelas dan seperti biasa pelanggan hanya pasrah. Seperti berita yang saya kutip dari berbagai sumber dikatakan bahwa d
ari keempat operator layanan CDMA di atas, hanya nasib Smartfren yang masih bisa dikatakan lumayan. Sebenarnya Smartfren juga mengalami rugi sebesar Rp 1,54 triliun atau naik 52 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya sebesar Rp 1,01 triliun. Namun, Smartfren satu-satunya operator CDMA yang gencar mendatangkan smartphone Android berbasis CDMA, berbagai seri dengan harga dan spesifikasi mewarnai pasar gadget Indonesia. Bahkan, smartphone keluaran Smartfren adalah merek nomor dua paling populer di Indonesia. Meskipun demikian, Smartfren juga sudah memiliki ancang-ancang untuk bermigrasi ke Long Term Evolution (LTE) di pita frekuensi 2,3 GHz. Setidaknya sebagai langkah antisipasi dari Smartfren jika dibanding harus mengakhiri hidupnya sebagai operator CDMA. Kalah saing, pendapatan yang jeblok, penurunan pelanggan, masalah frekuensi, infrastruktur dan ekosistem yang tak berkembang hampir semuanya menjadi momok dan dialami oleh empat operator layanan CDMA di atas. Sayangnya perangkat yang saya beli dari Esia tidak bisa memakai simcard dari Smartfren, bagi pelanggan CDMA yang perangkatnya tidak dikunci (unlock) masih sedikit beruntung karena bisa dengan mudah migrasi ke Smartfren. Itupun tidak serta merta mendapatkan kualitas kecepatan internet yang bagus, karena semakin membludak pelanggan jika jaringan Smartfren tidak ditambah ya internetnya akan semakin lelet. Saya memohon perusahan terkait seperti Esia milik Bakri Telekom ini bisa memperhatikan nasib pelanggannya seperti saya ini. Setelah saya datangi kantornya malah bikin saya lemes karena perangkat yang saya beli dari mereka tak bisa digunakan lagi. Tolong dong jangan tahunya hanya jualan saja tapi kalau kejadian seperti ini pelanggan juga yang rugi. Seharusnya pihak
manajemen dari operator terkait memberikan ganti rugi yang setimpal agar para pelanggan tidak merasa diterlantarkan begitu saja. Artikel pendukung: -
Artikel 1. -Â
Artikel 2.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Money Selengkapnya