Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

AS dan BW Ketua KPK Kesayangan SBY?

21 Februari 2015   11:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:47 1750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14244676451037635128

[caption id="attachment_398370" align="aligncenter" width="318" caption="Abraham Samad & Bambang Widjojanto Ketua KPK Non-Aktif / Kompas.com"][/caption]

Penonaktifan Abraham Samad dan Bambang Widjojanto sebagai ketua KPK oleh presiden Jokowi telah membuat prokontra dan tudingan baru kepada presiden. Saya membaca dan mengamati sebagian kicauan para "pecinta" Jokowi yang menuding bahwa KPK menjadi lemah dan ada indikasi penghancuran KPK secara sistemik dengan pencopotan AS dan BW.

Tuduhan itu kemarin terlontar kembali dari seorang wartawan yang bertanya kepada Taufiqurrahman Ruki ketua KPK baru yang diangkat Pak Jokowi. saat jumpa pers dalam kunjungannya di Kepolisian. Dalam jumpa pers yang ditayangkan di Kompas TV itu wartawan itu sampai "disemprot" oleh pak Ruki, "Anda mau jadi saksi ya atas ucapan itu? Hati-hati kalau mengeluarkan pernyataan." Kata pak Ruki dengan nada tinggi. (Kompas TV/20-02-2015).

Nah Kemarin saya membaca artikel yang dijadikan HL dengan tajuk "AS Tamat ,Skandal BLBI-pun Tamat". Artikel yang hanya berisi "suudzon" (baca sakwasangka atau buruksangka) itu pun sukses menyedot perhatian admin untuk dijadikan HL. Tanpa dasar yang kuat penulis itu menuduh bahwa tanpa AS dan BW penyelesaian kasus BLBI akan tamat dan tidak akan diselesaikan karena menyangkut petinggi PDIP yaitu Megawati Soekarno Putri.

Jika memang tuduhan penulis yang dasarnya hanya sakwasangka maka bisa berkembang lagi sakwasangka lain bahwa AS dan BW adalah ketua KPK kesayangan SBY yang dalam periode kedua masa SBY tidak pernah menyelesaikan kasus Century dan Hambalang yang melibatkan SBY, Boediono dan juga anak SBY yaitu Ibas. Dalam masa AS menjadi ketua KPK kasus Century juga mandeg. Padahal dalam banyak media AS telah "berkoar" untuk menyelesaikan kasus Century dalam tempo setahun saja. Janji itu diucapkan Samad tahun 2012 yang lalu (Baca disini).

Apa lacur janji tinggal janji AS malah bermanuver menjadi alat kekuasan SBY dengan menghajar semua rival SBY dan sebagai alat "pencitraan". Kasus Anas Urbaningrum yang saat itu menjadi Ketum Demokrat. Anas yang bukan "siapa-siapa" di partai berlambang mercy itu terlihat oleh SBY bakalan menguasai partai dan akan mencalonkan diri menjadi presiden jika masih tetap menjadi ketum Demokrat. Walhasil Anas terdepak dengan mengenaskan dari partai "keluarga" Cikeas itu.

Banyak lagi manuver AS yang mendapat pujian publik yang terhipnotis dengan gebrakannya menangkap para koruptor sekelas presiden PKS yaitu LHI. Penangkapan LHI ini menjadi tonggak kehancuran PKS yang saat itu bakalan "mengimbangi" Demokrat. Jika saja LHI saat itu mau "hara kiri" saat hendak ditangkap KPK nama PKS akan tetap bersih sampai sekarang (karena akan tetap menjadi konsfirasi). Namun apa lacur LHI pengecut tak mau melakukan itu dan memilih menginap di hotel prodeo ketimbang menyelamatkan partainya.

Dalam banyak hal kasus BLBI dan Century memiliki kesamaan yang signifikan dengan melibatkan petinggi Partai dan orang-orang nomor wahid di negeri ini. Jika memang Samad bekerja dengan sungguh-sungguh dan "berani" kasus-kasus itu sudah selesai. Namun AS tidak kunjung melakukan itu sampai akhirnya konplik BG yang membuka "aib" nya dengan kasus skandal foto mesra dan pemalsuan dokumen yang menggelincirkannya.

Memang benar pepatah mengatakan bukan batu besar yang menjadi sandungan tapi kerikil kecillah yang menggelincirkan seorang AS. Tanpa dinyana AS tergelincir karena kasus yang terlihat sepele. Namun secara etika seorang penegak hukum apalagi sekelas ketua KPK yang menjadi "algojo" para koruptor tak pantas berbuat melanggar hukum sekecil apapun.

Kini publik yang tidak setuju dengan segala kebijakan presiden Jokowi terus berprasangka buruk bahwa telah terjadi pelemahan terhadap KPK. Kicauan mereka dengan meme ejekan plesetan dari meme mantan presiden Soeharto yang  disebar di medsos dengan slogan yang memakai bahasa jawa yang pada intinya Jokowi sebagai biang kerok pelemahan KPK dan menghancurkan negara. Apalagi pernyataan pak JK selalu diulang-ulang mereka bahwa Indonesia akan hancur jika Jokowi menjadi Presidennya.

Kembali ke topik apakah benar AS dan BW kesayangan SBY ? Bisa ya dan bisa tidak dikarenakan saat AS menjabat ketua KPK banyak juga manuvernya merugikan SBY. Publik pastilah ingat saat Andi Alfian Malarangeng dicokok padahal dia adalah menteri pemuda dan olahraga yang menjadi kesayangan SBY. Tapi di balik penangkapan AAM ada keuntungan yang diperoleh SBY. Keuntungan dalam bentuk "pencitraan" bahwa SBY adalah presiden yang tidak memihak kepada anak buahnya sendiri. Tapi kalau kepada anaknya, dengan sangat "mati-matian" SBY melindungi. Namanya juga anak sendiri dan darah daging sendiri. Sedangkan AAM atau AU siapalah mereka?

Ya publik dan pembaca bisa menilai sendiri apakah AS dan BW ketua KPK kesayangan SBY, jika artikel ini kepanjangan akhirnya juga akan menjadi sakwasangka yang sama saja dengan para "pencinta" Jokowi yang menulis opini dengan dasar suudzon dan memelintir fakta yang tujuannya hanya menjatuhakan pak Jokowi.

Artikel terkait:

- Artikel 1

- Artikel 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun