Beberapa orang warga masyarakat Cisewu yang masuk Keibodang ini antaralain: Warma (Mama Arinem), Sutisna Wijaya, Ecep, Eni, dan Apin. Komar sendiri masuk kelompok Seinendan, karena umurnya masih belasan tahun waktu itu.
Para anggota Seinendan dan Keibodang seringkali ditarik ke daerah Bungbulang, untuk latihan perang dan baris berbaris di sebuah lapangan. Pelatihnya oleh tentara Jepang secara langsung.Â
Dari beberapa orang pemuda dipilih oleh Jepang diantaranya: Sirod dan Tarka (almarhum), kemudian dibawa ke kota Garut untuk dibina menjadi pelatih. Kemudian mereka kembali ditugaskan untuk melatih para anggota Seinendan dan Keibodang didaerahnya masing-masing.
Disamping itu, Jepang mengajarkan pula kepada para pemuda dan pelajar beberapa jenis olahraga seperti: Taiso, Taiso ada dua jenis yaitu: Daici dan Dainyi.Â
Tak ketinggalan diajarkan juga bahasa dan cara menulis hurup-hurup Jepang. Jenis-jenis hurup Jepang: Â kata kana, hiragana, dan kanji.Â
Olehkarenanya, tidak heran jika Abdul Komar dan beberapa veteran lain yang benar-benar berjuang (bukan pengecut), pintar menulis dan berbicara menggunakan bahasa Jepang.
Jepang Menjelajahi Sepanjang Jalan Cisewu
Ketika tahun 1943 satu regu tentara Jepang menjelajahi jalan Cisewu, dari  mulai Genteng, Mancagahar, kampung Cibengang, Kihiang, Datar Kadu,, Pasir Ipis, Cisewu, Cinyumput (Pamalayan), Ciledug Pasir Huit, (Desa Panggalih), Cilayu, Caringin, Bungbulang, sampailah di kota Garut.
Dalam penjelajahan mereka itu, tidak lain bermaksud ingin memeriksa seluruh pos pengawasan, istilah Jepang Kensiso. Daerah-daerah yang dibangun Kensiso ini diantaranya: kampung Genteng, Mancagahar, Pasir Pilar (Pasir Ipis), Pamalayan, dan pantai Ranca Buaya dulu bernama (pelabuhan Ciriab).
Berdasarkan penjelasan Abdul Komar, jumlah tentara yang memasuki kawasan Cisewu tidak bisa dipastikan jumlahnya. Beliau memperkirakan satu regu. Sebab menurutnya, jumlah tentara Jepang tak bisa diprediksi. Karena mereka memiliki strategi tentaranya disebar secara terpencar, agar tidak bisa diterka jumlah kekuatannya oleh para pejuang.
Dipenghujung waktu, saat Jepang dikalahkan oleh tentara sekutu dengan cara meluluhlantakan dua kota besar negara itu: Hirosima dan Nagasaki di tahun 1945.Â