Tengah malam gelap hitam pekat,
aku tiba direngkuhmu.
Lunglai dan letih tersasa menusuk setiap pori sendiku,
dan akupun terusik bangun oleh sengatnya mentari pagi.
Saat aku tatap matamu, sebelum tarian itu kau mulai,
ada rasa kagum penuh tanda tanya.
Saat itu hanya kau berbisik dengan mata narnar,
biarkan kuselesaikan tarianku.
Ku biarkan kau menari penuh mantra
Ku biarkan kau berjingkat lembut menatap jiwaku
Ku biarkan kau telanjangi pikirku
Sebelum kau akhiri tarianmu kau bisikkan mantra
- "biarkan tarianku tetap tarianku"
- "Tarianmu? Akan kubiarkan menyiram sukma"
- "Biarkan aku mencerna makna, karena hanya aku yang tau jantung nadinya mandauku"
- "Biarkan tariamu akan aku kawinkan dengan lekuk gerak mandauku"
- "setelah kau puas dengan tarianmu....pergilah...biarkan aku menari tarian baruku denga lekuk jiwamu"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H