"Anak ini, dari mana kau mendapatkannya?" tanyanya, sambil melirik Lila yang berdiri gemetar di belakang Bu Mirna.
"Bukan urusanmu. Anak ini anakku sendiri," jawab Bu Mirna cepat, nada suaranya meninggi.
Pak Samin menggeleng pelan. "Aku tahu siapa kau, Mirna. Dan aku tahu anak ini bukan anakmu. Kau bisa membohongi orang lain, tapi tidak aku."
Bu Mirna terdiam sejenak, lalu menarik Lila pergi. Namun, sebelum mereka melangkah lebih jauh, Pak Samin berkata, "Aku punya tempat aman untuknya. Biarkan dia pergi, dan kau tak akan kulaporkan pada Bos Pasar atau polisi."
Kata-kata itu membuat Bu Mirna berhenti. Ia tahu Pak Samin tidak main-main. Setelah beberapa saat, ia mendorong Lila ke arah Pak Samin dengan kasar. "Ambil saja dia kalau kau mau. Tapi jangan harap aku tak akan bicara dengan Bos Pasar tentang ini!" ancamnya sebelum pergi tergesa-gesa.
Pak Samin meraih tangan Lila dengan lembut. "Kau aman sekarang, Nak. Ayo ikut aku."
Lila hanya menatapnya dengan mata bingung. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya, apakah ini hanya awal dari penderitaan baru atau benar-benar sebuah akhir dari semua mimpi buruknya?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI