Mohon tunggu...
Hotdi Gultom
Hotdi Gultom Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di IPB University

Hobi Nulis

Selanjutnya

Tutup

Nature

Peduli Terhadap Sustainable Living, Royal Golden Eagle Komitmen Wujudkan Sustainable Living

31 Agustus 2023   23:16 Diperbarui: 31 Agustus 2023   23:23 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Asia Pasific Rayon

Jika kita ditanya, sampah apakah yang paling merusak bumi?. Maka anda akan menjawab apa?

Sebagian besar orang mungkin akan menjawab sampah plastik.

Sampah plastik memang turut berkontribusi dalam mengakibatkan beberapa kerusakan di muka bumi. Namun, tidak banyak yang menyadari bahwa terdapat jenis sampah lain yang dianggap remeh oleh sebagian besar oleh masyarakat ternyata mengakibatkan kerusakan yang lebih masif jika dibandingkan dengan sampah plastik.

Lalu, jenis sampah apakah itu?

Jawabannya adalah sampah yang dihasilkan oleh industri fashion. 

Dilansir dari oleh UN Conference of Trade and Development pada Tahun 2019, limbah dari industri fashion merupakan industri yang menghasilkan paling banyak sampah kedua di dunia setelah indsutri perminyakan. Lebih parahnya lagi, jika dikaitkan dengan krisis iklim yang terjadi sekarang, maka industri fashion menyumbang sekitar 10 persen emisi karbon yang sangat berdampak pada krisis tersebut. 

Besarnya emisi karbon dari industri fashion dihasilkan dari setiap tahap rantai pasokan fashion dan siklus produk. Dan yang peningkatan emisi karbon bersumber dari kegiatan produksi dan pemrosesan bahan mentah. Bukan hanya itu dampak fashion yang berbahaya juga bisa  berasal dari air, bahan kimia, penggundulan hutan limbah tekstil hingga mikroplastik yang sulit diurai secara alami.  

Terdapat bermacam bentuk dari Limbah fashion diantaranya yaitu limbah dalam bentuk cair. Terdapat sekitar 20% limbah cairan di dunia yang berasal dari industri fashion. 

Limbah cair tersebut berasal dari pewarna tekstil yang menjadi polusi terbesar kedua di dunia. Sayangnya, sisa air dari proses pewarnaan tersebut sering kali dibuang ke selokan ataupun sungai tanpa adanya pengolahan lebih lanjut. 

Dan lagi-lagi limbah tersebut sebenarnya mengandung zat-zat sisa pewarna kimia sintesis yang tentunya sangat berbahaya bagi lingkungan sekitar. Belum lagi fast fashion berupa sisa kain dari produksi pakaian di pabrik seringkali dibuang begitu saja. 

Dan yang menjadi permasalahan adalah sejumlah bahan pakaian itu tidak mudah terurai secara alami seperti misalnya polyster dan nilon yang membutuhkan waktu 20 hingga 200 tahun untuk bisa terurai. Meski begitu ada juga pakaian yang bisa terurai secara alami yaitu bahan katun yang bisa terurai dalam hitungan Minggu hingga 5 bulan dan juga linen yang bisa terurai dalam waktu 2 minggu.

Sumber: Bisnis Tempo.co
Sumber: Bisnis Tempo.co

Lalu mengapa industri fashion berkembang dengan sangat pesat dan menjadi salah satu sektor yang paling bertanggung jawab terhadap kerusakan di bumi?. Mari kita bahas...

Yang melatarbelakangi hal tersebut sebenarnya yaitu peningkatan sifat konsumtif manusia terhadap pakaian dari waktu ke waktu. Hal tersebut semakin didukung oleh sangat murahnya harga baju di pasaran dan frekuensi masyarakat dalam membeli baju yang sebenarnya mirip-mirip dengan baju yang telah mereka miliki.

Berbagai fenomena tersebut ternyata memunculkan banyak merek fast fashion atau fashion cepat dan semakin banyaknya industri fashion di Indonesia yang secara perlahan-lahan sangat mempengaruhi gaya pakaian, terlebih lagi bagi para wanita. 

Berbagai fenomena tersebutlah yang mendorong perilaku konsumtif dapat lahir dan berkembang dengan sangat subur tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Namun, mirisnya adalah terdapat banyak negara berkembang di Afrika dan Asia yang terpaksa membeli baju-baju second hand dari negara maju.

Sumber: Tirto ID
Sumber: Tirto ID

Indonesia sendiri termasuk ke dalam salah satu negara pengekspor tekstil ke berbagai negara. Tidak hanya perusahaan lokal, tetapi ekspor produk fashion tersebut juga disokong oleh banyaknya pabrik dari berbagai merek ternama di dunia yang menempatkan Indonesia sebagai penghasil produk yang mereka jual karena biaya produksi yang lebih rendah. 

Produksi yang lebih rendah tersebut disebabkan oleh bonus demografi Indonesia yang menghasilkan lonjakan penduduk usia produktif yang sayangnya sebagian besar termasuk ke dalam tenaga kerja tidak terdidik maupun terlatih. 

Penting untuk diketahui bahwa Industri fashion telah menjadi salah satu sektor yang memberikan dampak besar terhadap lingkungan dan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan tuntutan akan pakaian murah dan tren terbaru kerapkali mengabaikan dampak negatif yang dihasilkan, seperti polusi air dan udara, eksploitasi buruh, serta limbah tekstil yang tak terelakkan. 

Namun, terdapat perusahaan yang memiliki tekad dan komitmen yang tinggi untuk mengubah paradigma negatif industri fashion. Salah satunya yaitu Royal Golden Eagle (RGE) yang merupakan sebuah perusahaan konglomerat yang memiliki portofolio bisnis yang mencakup berbagai industri seperti pulp dan kertas, energi, dan juga, fashion. 

RGE menyadari bahwa masa depan industri fashion penting untuk berfokus pada keberlanjutan, bukan hanya karena motif kelangsungan bisnis, tetapi juga rangka menjaga kelestarian bumi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 

Sumber: Asia Pasific Rayon
Sumber: Asia Pasific Rayon

Komitmen tersebut diwujudkan dalam langkah-langkah nyata yang telah diambil oleh RGE dalam mewujudkan sustainable fashion. Salah satu langkah utama RGE yaitu dengan memastikan sumber bahan baku dalam memproduksi tekstil tersebut bersifat berkelanjutan. 

Wujud nyatanya dapat kita lihat yaitu investasi RGE dalam pengembangan bahan baku seperti serat ramie dan tencel, yang dikenal memiliki jejak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan tradisional seperti katun. RGE juga berkomitmen untuk mengurangi penggunaan serat sintetis berbasis minyak bumi, yang menghasilkan mikroplastik berbahaya.

RGE sadar bahwa proses produksi tekstil dapat menyebabkan dampak lingkungan yang signifikan. Oleh karena itu, perusahaan RGE berinvestasi dalam inovasi teknologi yang lebih ramah lingkungan. 

Proses pewarnaan menggunakan teknik pewarnaan berkeadilan lingkungan yang mengurangi penggunaan air dan bahan kimia berbahaya. Selain itu, RGE juga mendukung penelitian untuk mengembangkan metode produksi yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Selain komitmen terhadap lingkungan, RGE juga mengedepankan etika buruh dan kesejahteraan sosial. Mereka bekerja sama dengan para mitra produksi untuk memastikan bahwa standar kerja yang adil diterapkan, termasuk pembayaran upah yang layak dan kondisi kerja yang aman. RGE juga terlibat dalam program pelatihan dan pengembangan masyarakat lokal di sekitar fasilitas produksinya.

RGE memahami bahwa edukasi konsumen adalah kunci untuk mendorong perubahan menuju pola konsumsi yang lebih berkelanjutan. Mereka berkomitmen untuk meningkatkan transparansi dengan menyediakan informasi mengenai jejak lingkungan produk, sumber bahan baku, dan proses produksi. Selain itu, RGE juga berupaya mengedukasi konsumen tentang pentingnya memilih produk fashion yang ramah lingkungan.

Sumber: Asia Pasific Rayon
Sumber: Asia Pasific Rayon
Dengan langkah-langkah nyata dan komitmen yang kuat terhadap sustainable fashion, Royal Golden Eagle membuktikan bahwa perubahan positif dalam industri fashion memang mungkin terjadi. 

Dengan menggabungkan inovasi teknologi, pengelolaan sumber daya yang bijaksana, serta perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat, RGE telah memberikan contoh inspiratif tentang bagaimana sebuah perusahaan dapat menjadi agen perubahan dalam mewujudkan masa depan fashion yang berkelanjutan. 

Dari fenomena fast fashion dan perilaku konsumen yang konsumtif yang telah dipaparkan di atas maka terdapat cara yang kita dapat lakukan sebagai individu untuk mengurangi limbah fashion yaitu dengan mengurangi berbelanja pada produk fashion itu sendiri. Bahkan ada cara yang lebih sederhana yaitu mendonasikan pakaian lama yang masih layak pakai kepada mereka yang lebih membutuhkan. Tentunya hal itu bisa mengurangi limbah sampah di rumah dan menyalurkannya bukan untuk dibuang melainkan untuk dipakai oleh orang lain dan tentunya itu lebih bermanfaat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun