Aku ingin pulang sebentar saja, mengenepikan rindu yang telah berkumpul di dada ibu, mengusap wajahnya dan mencium keningnya. Hanya itu inginku.
Perantauan terpaksa menjadi jalan hidup, karena hutan tak lagi bersahabat dengan kita, tinggalnya kampung karena sulitnya mencari pekerjaan, rantau adalah pengaduan, meski harus jauh dari belaian sang ibu.
Kadang aku rindu belaian jemari lentik wanita tua yang kupanggil ibu, ujung-ujung jari itu mengalirkan kasih sayang tanpa batas, namun jauh ini sangat menyiksa, menyiksaku dan menyiksanya.
Kelopak matanya yang hendak jatuh, genangan air mata di korneanya, dan sepanjang kasih sayangnya. Aku rindu dan ingin pulang, dia rindu dan menginginkan aku pulang, sebentar saja.
Sei. Likian, 10 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H