Mohon tunggu...
Guitanesia
Guitanesia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Music

Seri Dawai Indonesia, Jungga "Gitar Sumba"

5 Juni 2018   10:30 Diperbarui: 27 Juni 2018   14:01 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
newworldencyclopedia.org

Web : https://guitanesia.com/

FB: https://www.facebook.com/guitanesia/?ref=br_rs

Instagram : @Guitanesia

*) Scroll down for the article in English

Setelah kami membahas tentang instrumen sape dari Kalimantan, sekarang kami akan membahas satu instrumen bersenar yang mungkin jarang terdengar oleh masyarakat. Instrumen yang akan kami bahas kali ini berasal dari Nusa Tenggara Timur.

newworldencyclopedia.org
newworldencyclopedia.org
Pulau Sumba berbatasan dengan Sumbawa di sebelah barat laut, Flores di timur laut, Timor di timur, dan Australia di selatan. Sejak 1866 pulau ini dikuasai oleh Belanda dan lalu menjadi bagian dari Indonesia. Dari percampuran kultur luar pulau dan dalam pulau Sumba, terdapat kultur musik yang berbeda di pulau ini.

Sekilas instrumen ini terlihat seperti gitar bersenar kawat dengan ukuran dan bentuk yang tidak biasa. Jungga adalah instrumen dari pulau Sumba di provinsi Nusa Tenggara Timur.

Petikan senar jungga yang diiringi oleh nyanyian dalam bahasa Kambera terdengar sangat memikat dan juga pada saat yang sama asing untuk telinga yang belum terbiasa. Nyanyian-nyanyian ini bercerita tentang hidup di Sumba, nasihat tentang cinta, dan tema lainnya yang berkutat tentang kehidupan. 

Jungga ada yang bersenar dua dan empat. Instrumen ini dimainkan dengan cara dipetik seperti gitar. Ada juga yang menamakan instrumen ini "gitar kampung", lain dengan gitar standar bersenar 6 yang biasa dimainkan untuk mengiringi lagu pop dan relijius.

Jungga bersenar dua diperkirakan berusia lebih tua dari jungga bersenar empat dan tidak berasal dari instrumen gitar. Jungga bersenar dua berbentuk seperti lute menyerupai kapal yang berasal dari Sulawesi Selatan. Mirip seperti kecapi atau sape, jungga bersenar dua memiliki fret yang tinggi. Instrumen ini memiliki satu senar yang bertujuan memainkan pedal tone (not bawah yang panjang dan ditahan sebagai iringan) dan satu senar atas yang memainkan melodi. 

Instrumen bersenar dua ini banyak digunakan di acara penting, seperti pernikahan dan pesta, untuk mengiringi narasi, lagu bertema kesedihan, nostalgia, cinta, nasihat, dan candaan. Jungga bersenar empat juga dimainkan untuk acara pernikahan dan pesta, tapi seperti yang ditulis dalam rekaman  Folkways : Music of Indonesia tidak dimainkan untuk kalangan bangsawan.

open.spotify.com/track

Rekaman di atas adalah salah satu contoh lagu yang diiringi oleh jungga.

Ludu Pambuhang adalah lagu yang menceritakan tentang pasangan yang sama-sama suka. Ludu (atau ludung) adalah kata yang digunakan untuk lagu yang diiringi oleh jungga (dari kedua jenis instrumen). Pambuhang dinyanyikan dalam bahasa Kambera yang memiliki banyak variasi dialek di Sumba Timur. 

Tala (tuning) yang dipakai dalam lagu ini adalah D3, F#3, A3, D4. Instrumen ini tidak memiliki fret. Melodi vokal dinyanyikan secara pentatonis (D, E, G, A, B). Secara metris lagu ini sulit diprediksi karena memiliki ketukan stabil yang tiba-tiba berubah. Mungkin birama lagu ini adalah 2+2+2+2 dengan satu ketukan yang kadang-kadang ditambahkan.

spotify

spotify

Sebagai pembanding, track di atas dimainkan dengan jungga bersenar dua. Hapu Payuara, sang pemain jungga dalam lagu ini, adalah anggota musisi raja dari Pau di wilayah Sumba Timur. Melodi pertama berjudul Jaka nggiki wanggunggau ambu hada warrungga yang berarti "janganlah menolak yang saya katakan". Melodi kedua berjudul kanggiki na ndau pani, "kenapa kamu tidak bilang kepadaku?". 

Lagu selanjutnya adalah ludu (atau ludung), lebih tepatnya lagu ini masuk ke kategori hali, yang didalamnya termasuk lagu-lagu tentang cinta, penyesalan, memori, dan pujian. Lagu bertema lainnya, seperti narasi, godaan, dan candaan, tidak masuk ke dalam kategori hali. 

Lagu di atas biasanya dinyanyikan untuk wanita muda yang meninggalkan keluarganya untuk menikah. Teksnya biasa berisi tentang nasihat untuk wanita muda : kontrol emosi, patuhi orang tua suami, jangan lupa memberi makan babi dan ayam. Skala yang dipakai dalam lagu jungga solo pertama, jika senar lepas yang dipakai untuk pedal adalah C, adalah C D F G Ab. Dan untuk lagu kedua kedua senar berjarak Quint (Do-Sol) dan dimainkan dalam skala C E F G B.

Jika ingin mendengarkan lebih jauh, kedua album ini adalah sumber yang sangat bagus untuk musik sumba yang asli :

open.spotify

open.spotify (Track 4 & 11)

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jungga -- Guitar of the island of Sumba

By Theduardo Prasetyo

We continue our journey of discovering Indonesia's traditional string instruments in our series "Strings of Indonesia". In this article, we will discuss about a rather rarely heard instrument from the island of Sumba.

newworldencyclopedia.org
newworldencyclopedia.org
Island of Sumba has borders with the Island Sumbawa in the northwest, Flores in northeast, Timor in the east, and Australia in the south. Since 1866, the island was colonised by the Netherlands and later became part of Indonesia. From the cultural exchange with foreign cultures, the island of Sumba developed an interesting musical tradition that is still much alive today.

At a glance, this instrument looks like a weirdly shaped steel strings guitar. Jungga is a traditional instrument from the Island of Sumba. The sound of plucked strings accompanying songs in BahasaKambera (traditional language of Sumba) sounds enticing and at the same time foreign to our ears. These songs tell us about daily life in Sumba, advices on love, and other themes about life. 

There are two kinds of jungga : the two-stringed jungga and four-stringed jungga. The instrument is played by plucking the strings like one would play on guitar. Some named the instrument "gitar kampung" (rural guitar) to contrast the standard six strings guitar which is played on the island for pop and religious songs.

Two-stringed jungga is considered older than its four-stringed relative and doesn't have its shape from the guitar. The two-stringed jungga has a shape of a boat-like lute which is similar to another string instrument from South Sulawesi. Similar like kecapi or sape, jungga has elevated frets. The instrument has one string which functions as a drone string (pedal tone) and a higher-pitched string for the melody. 

This instrument is used in important events, such as weddings and parties, for narrative speeches, and songs, which themes deal a lot with love, sadness, and comical jokes. Its relative, four-stringed jungga, is also used for weddings and parties, but as written in the recordings of Folkways : Music of Indonesia, the instrument is rarely heard being played for people of upper class social group.

spotify

This recording is one example of songs with jungga accompaniment. Ludu Pambuhang tells us about a couple who likes each other. Ludu (or Ludung) is a word which is used for songs with jungga accompaniment (both two-stringed and four-stringed versions). 

Pambuhang is sung in Bahasa Kambera which has many variations in the region of East Sumba. The tuning used in the recording is D3, F#3, A3, D4. This instrument doesn't have any fret. The vocal melody is also sung pentatonically (D,E,G,A,B). To count the meter of the song is tricky, because of the suddenly changing meter. Probably, it is sung and played in a 2+2+2+2 meter with a one more beat being added suddenly and without a rigid pattern.

open.spotify.com

spotify.com

As comparison, these two tracks are played on a two-stringed jungga. Hapu Payuara, the jungga player in these recordings, is a member of the royal musician group of a raja (king) from Pau in East Sumba. The title of the first melody of the first track is Jaka nggiki wanggunggau ambu hada warrungga which means "don't reject what I say". "The second melody is titled kanggiki na ndau pani, "why don't you say it to me?" 

The second track is a ludu (or ludung), or to be more exact, a hali, which has songs about love, regret, praise, and memory. Other themes, such as narrative, flirting, and jokes, don't fall to hali category. The song sung above is usually for young women, who are leaving their family to marry. The text usually contains advice for young women : control your emotions, hear your husband's parents, don't forget to feed the pigs and the chickens. The scale used in the first track, if we consider that the drone string is C, is C D F G Ab. For the second song, the two strings is tuned in perfect fifth and played in the scale C E F G B.

If you are interested to hear and know more, we recommend two albums which have authentic music of Sumba:

open.spotify.com/album

open.spotify.com/album (Track 4 & 11)

 

Source:

auralarchipelago.com

http://www.wallacetribal.com/lute-jungga

ethnomusicologyreview.ucla.edu

folkways-media.si.edu

folkways-media.si.eduf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun