Rekaman di atas adalah salah satu contoh lagu yang diiringi oleh jungga.
Ludu Pambuhang adalah lagu yang menceritakan tentang pasangan yang sama-sama suka. Ludu (atau ludung) adalah kata yang digunakan untuk lagu yang diiringi oleh jungga (dari kedua jenis instrumen). Pambuhang dinyanyikan dalam bahasa Kambera yang memiliki banyak variasi dialek di Sumba Timur.Â
Tala (tuning) yang dipakai dalam lagu ini adalah D3, F#3, A3, D4. Instrumen ini tidak memiliki fret. Melodi vokal dinyanyikan secara pentatonis (D, E, G, A, B). Secara metris lagu ini sulit diprediksi karena memiliki ketukan stabil yang tiba-tiba berubah. Mungkin birama lagu ini adalah 2+2+2+2 dengan satu ketukan yang kadang-kadang ditambahkan.
Sebagai pembanding, track di atas dimainkan dengan jungga bersenar dua. Hapu Payuara, sang pemain jungga dalam lagu ini, adalah anggota musisi raja dari Pau di wilayah Sumba Timur. Melodi pertama berjudul Jaka nggiki wanggunggau ambu hada warrungga yang berarti "janganlah menolak yang saya katakan". Melodi kedua berjudul kanggiki na ndau pani, "kenapa kamu tidak bilang kepadaku?".Â
Lagu selanjutnya adalah ludu (atau ludung), lebih tepatnya lagu ini masuk ke kategori hali, yang didalamnya termasuk lagu-lagu tentang cinta, penyesalan, memori, dan pujian. Lagu bertema lainnya, seperti narasi, godaan, dan candaan, tidak masuk ke dalam kategori hali.Â
Lagu di atas biasanya dinyanyikan untuk wanita muda yang meninggalkan keluarganya untuk menikah. Teksnya biasa berisi tentang nasihat untuk wanita muda : kontrol emosi, patuhi orang tua suami, jangan lupa memberi makan babi dan ayam. Skala yang dipakai dalam lagu jungga solo pertama, jika senar lepas yang dipakai untuk pedal adalah C, adalah C D F G Ab. Dan untuk lagu kedua kedua senar berjarak Quint (Do-Sol) dan dimainkan dalam skala C E F G B.
Jika ingin mendengarkan lebih jauh, kedua album ini adalah sumber yang sangat bagus untuk musik sumba yang asli :