Mohon tunggu...
Guitanesia
Guitanesia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Music

Interview Dion Janapria - Menjembatani Musik Melalui Improvisasi

30 Mei 2018   22:13 Diperbarui: 27 Juni 2018   13:57 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artinya apa? Ruang apresiasi harus diciptakan, media harus dibuat dan didukung, festival harus digunakan sebagaimana kapasitasnya -- baik dalam industri musik populer, maupun dalam lingkup tradisi jazz. Kebanyakan orang hanya mempersoalkan kandangnya aja, tanpa menyadari bahwa mungkin memang ayamnya yang salah masuk kandang, karena belum banyak kandang yang sesuai dengan habitatnya. Solusinya adalah, tentu saja, membuat kandang baru yang sesuai habitat.

Sebagai salah satu gitaris jazz yang aktif di bidang pendidikan, apakah Anda punya keprihatinan mengenai kondisi pendidikan gitar jazz saat ini? atau justru mengalami perkembangan?

Gitar? Terlalu sempit. Pendidikan musik kita sekarang masih di tahap 'how to', bukan 'where to?'. Misalnya how to play bebop, how to play baroque, dll. Tapi, kita belum sampai ke tahapan bagaimana menggunakan teks budaya ini untuk lebih mengerti identitas kita sebagai musisi Indonesia.

Jazz itu sekarang sudah menjadi gaya hidup. Tapi, tanpa membangun ruang-ruang apresiasi dan infrastruktur publik, pendidikan jazz itu tidak banyak pengaruhnya. Apakah semua orang yang sudah mahir hanya menjadi session player? Tidak mau bikin album karena tidak balik modal, dan akhirnya miskin inovasi. Apakah para lulusan musik S1 yang pintar-pintar tersebut masih tidak ada yang tahu kenapa industri musik serapannya kecil sekali? Mari kita lihat dulu dari sisi ini.

Pendidikan itu harus relevan. Tapi, kalau hanya menjunjung elitisme atas standar dan kompetensi melulu tanpa membangun ruang, akhirnya jadi seperti ini. Seperti istilah 'music conservatory' yang sebenarnya lucu sekali. Sewaktu saya di Eropa, istilah itu memang dipakai untuk konservasi budaya mereka yang berbasis musik klasik. Kalau dalam konteks Indonesia, apa yang ingin kita conserve? Ingin dibawa kemana tujuan kita jelas harus berasal dari kesadaran sejarah dan rekontekstualisasi kebudayaan kita.

Mengenai proyek Anda mengenai Gulir Bunyi dan Utas Gita, bisakah Anda ceritakan mengenai latar belakang proyek tersebut, serta apa yang ingin disampaikan serta tujuan yang ingin dicapai melalui proyek tersebut? Apakah hal tersebut mengarah kepada free jazz atau bagaimana?

Gulir Bunyi itu adalah sebuah konsep. Konsep bagaimana menjembatani ilmu pengetahuan di musik dengan publik yang lebih luas. Singkatnya, dalam mengapresiasi dan berkreasi musik, biasanya kita memiliki halangan berupa pemahaman teori musik dan teknik. Gulir Bunyi merombak semua ini dengan menghilangkan halangan dan membalik prosesnya, menjadi proses yang mengedepankan intuisi/imajinasi-afirmasi terlebih dahulu daripada pemikiran logis.

Program utama Gulir Bunyi adalah Gulir Bunyi & Utas Gita yang berupa workshop improvisasi grup berbentuk Musical Game, dan Wiyata, yaitu masterclass yang bersifat project based. Semua dirancang untuk sistem pembelajaran yang berlandaskan pengalaman (experience based studies), bukan sistem formal yang berunut.

Ibaratnya, jika Anda ingin tahu seberapa tinggi menara eiffel, maka Anda harus naik sendiri untuk merasakan tingginya. Metode Gulir Bunyi memungkinkan ini, dimana peserta yang berasal dari latar belakang berbeda (peserta GB kebanyakan masyarakat urban dengan beragam profesi dari umur 13-57 tahun), dapat pengalaman langsung proses berkreasi musik, improvisasi musik, film scoring, belajar harmonika bahkan hingga musik tradisi. Semua ini didapatkan melalui kegiatan partisipatif dan kolaboratif yang didesain untuk bisa mengakomodasi berbagai latar belakang peserta.

Membangun ruang apresiasi untuk musik, membangun rasa penasaran, mengembangkan imajinasi, dan kreativitas melalui musik harus dimulai dari akar. Tidak perlu mengeluh soal rendahnya apresiasi musik masyarakat untuk seni, jika selama ini tidak pernah ada usaha untuk menjembatani ini.

Intinya, jika ingin membuat orang lain mengerti soal apresiasi musik, jangan hanya menyuruh semua orang untuk les musik atau datang ke festival. Tapi, minat itu pertama datang dari pengalaman, yang menumbuhkan kesan, dan baru kemudian muncul proses afirmasi dan apresiasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun