Mohon tunggu...
Guido Famula
Guido Famula Mohon Tunggu... Freelance -

Tidak Ada Yang Terlalu Istimewa, Hanya Menikmati Faham Berbagi Dan Terus Berusaha Mengembangkan Diri. Regards: http://www.gofalatrip.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kaget! Harga Rokok Naik Rp50.000++? Perhatian atau Gak Mampu Beli?

26 Agustus 2016   08:56 Diperbarui: 27 Agustus 2016   03:53 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat pagi para kompasianer.

Pagi-pagi gini enak nya memang langsung mandi, sarapan, nyeruput kopi hangat di temani "amunisi" para pria.

Lalu dilanjutkan dengan menyaksikan berita atau sekedar baca-baca berita di portal kesayangan masing-masing kompasianer.

Attention!
Ini hanya tulisan yang polos akan objektifitas, jadi jangan ngarep data pendukung ini itu yah.

Oke lanjut !

Ngomong-ngomong masalah "amunisi", atau lebih to do point saya katakan ROKOK.

Terdapat wacana akan mengalami kenaikan harga Rp 50.000 +++?

Seperti nya untuk tahun 2016 ini, Indonesia bakal ramai dengan wacana yg ramai akan Kontroversial.

Sebelumnya telah muncul wacana Full School Day. Alhasil tak jadi di terapkan.

Karena menuai banyak kecaman dari beberapa pihak.
atau menurut saya pribadi hal tersebut sama seperti wacana gertak sambal.

'Padahal kepengen juga ngeliat hasil kebijakan tersebut'

Namun kembali lagi dengan peran Demokrasi di Negeri ini yaitu semua orang berhak menyuarakan apa yang menjadi hak dan kewajibannya di tanah air tercinta ini.
Kurang lebih seperti itu, kalau terdapat kekeliruan mohon di luruskan.

Oke.. skip !

Sekarang kembali ke topik, yaitu mengenai wacana Harga Rokok akan merangkak naik hingga Rp 50.000 +++ per bungkusnya.

Wah.. kemahalan yak?

Jujur saja, saya merupakan salah satu perokok berat dan pengopi jalanan alias tukang ngumpul di warkop.

Saya sempat kaget dan merasa inilah saatnya bagi Si Perokok berat seperti saya untuk mengambil momen terbaik sebagai metode hebat menghentikan kebiasaan merokok.

"Yang setuju angkat kopi nya"

Tentu bagi para Kompasianer yang perokok, terletak jauh di dasar hati yang paling dalam, sangatlah ingin menghentikan kebiasaan yang tak baik tersebut. berikut point penting "Jangan Merokok" yang sejak zaman bahenol sudah di galakkan:

  1. Pasti masalah kesehatan.
    Tunjuk tangan bagi yang ngotot beragumen bahwa rokok itu menyehatkan?
    Kalau menenangkan pikiran,saya sependapat dengan kalian, tetapi Itu pun hanya untuk sesaat. ( Ibarat kata kayak persugihan, kita mau kaya, mau mapan? ada tumbalnya ) ya begitu Juga merokok, mau Keren, mau Nikmat sesaat, mau tenang, Kesehatan kita Tumbalnya.

  2. Keuangan
    Tentu tak semua perokok berada di kalangan ekonomi menengah keatas.
    Jadi dengan membeli rokok perbungkus atau lebih setiap harinya akan berpengaruh miring terhadap kestabilan ekonomi si perokok. Apalagi bagi kalian yang masih minta uang jajan sama orang tua nya?

Sebenarnya masih ada banyak resiko dari setiap perokok, hanya saja karena stagnan dan bingung mau menyampaikannya dari mana, maka saya tuliskan 2 saja. ( Kalau saya pribadi lebih mempersoalkan di bagian Keuangan, Maklum, dikantong tinggal hijau selembar doank :( )

Kalau ada tambahan silahkan komat kamit sendiri.

Oke next.

Kontroversi yah?
Ya jelas... Ini Indonesia Gan, karena di balik heroik atau tidaknya suatu kebijakan pasti akan ada perbedaan sudut pandang di masing-masing kaca mata, jadi sah-sah saja bila ada yang protes.

Nanti kalau harga rokok naik > rokok tak lagi laku seperti biasanya > pemasukan pabrik rokok berkurang > para pegawai rokok terancam PHK > petani tembakau menjadi imbasnya.

Nah... ini salah satu alasan kontra yang menarik, sering disebut-sebutkan pada setiap forum atau sub forum yang pernah saya kunjungi.

Lalu terdapat salah satu orang yang menjawab dengan beberapa data referensi kuat, yaitu bahwa untuk pasar rokok sebenarnya tidak Indonesia saja, melainkan terdapat beberapa pasar kapital selain Indonesia yang juga berpotensi pada pemasukan besar beberapa PT rokok. ( Orang ini ceritanya Pro terhadapa Kenaikan harga Rokok )

Pasti para kompasianer juga pernah dengar atau baca perdebatan yang kurang lebih seperti yang saya cantumkan diatas.

Lalu aneh nya lagi ada yang mengancam, bahwa sebagai alternatif rokok, mereka tak segan untuk memakai Ganja.
Dengan alasan karena lebih murah.

Ah.. bilang aja "aji mumpung", ntar kalau ketangkep Pak Polisi, bilang alasan harga rokok naik. ( Lagu Lama CD Baru )

Kalau di tanya terkait dengan saya pribadi, saya sangat pro dan setuju sekali akan kebijakan tersebut.

Kalau bisa ditambah lagi kebijakannya, beli rokok mesti pake KTP, dan hanya toko berlabel khusus yang bisa menjualkan rokok kepada konsumen.

Berikut isi Curhatan Pribadi Saya :)

Saya sudah beberapa kali mencoba untuk berhenti merokok, alhasil hanya mampu bertahan 1 minggu, paling banter 1 bulan, setelah itu kembali ngepul lagi, Padahal dapur perlu ngepul juga kan?

Alasan saya tak mampu berhenti, karena niat yang masih kurang, atau mungkin dikarenakan lingkungan tempat saya tinggal atau tempat saya berinterakasi merupakan kawanan Para Perokok, jadi doktrin untuk kembali merokok tak bisa terbendung lagi di pikiran saya.

Jadi inilah saatnya, memanfaatkan momen Harga rokok yang naik, agar terbebas dari ketergantungan.

Ah... egois, mentingin diri sendiri !
Mungkin terdapat beberapa kompasianer yang menganggap tulisan ini seperti demikian.

Ya bebas, mau di anggap egois, caper, sok-sokan, etc.
Namanya juga portal tulisan warga, gratis nulis tanpa batas. Kecuali nulis lendir dan sebagainya.

Intinya, saya juga warga Indonesia yang berhak mendukung atau berhak bersebrang pandangan dari orang lain, sama seperti yang para Kontra rasakan juga.

Oke damaikan hati kita, angkat gelas kopinya dan katakan !

Salam satu hati (bukan iklan)

Jika terdapat kesalahan typo atau kesalahan penyampaian, Etc, kiranya mohon di maafkan.

Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun