Namun kembali lagi dengan peran Demokrasi di Negeri ini yaitu semua orang berhak menyuarakan apa yang menjadi hak dan kewajibannya di tanah air tercinta ini.
Kurang lebih seperti itu, kalau terdapat kekeliruan mohon di luruskan.
Oke.. skip !
Sekarang kembali ke topik, yaitu mengenai wacana Harga Rokok akan merangkak naik hingga Rp 50.000 +++ per bungkusnya.
Wah.. kemahalan yak?
Jujur saja, saya merupakan salah satu perokok berat dan pengopi jalanan alias tukang ngumpul di warkop.
Saya sempat kaget dan merasa inilah saatnya bagi Si Perokok berat seperti saya untuk mengambil momen terbaik sebagai metode hebat menghentikan kebiasaan merokok.
"Yang setuju angkat kopi nya"
Tentu bagi para Kompasianer yang perokok, terletak jauh di dasar hati yang paling dalam, sangatlah ingin menghentikan kebiasaan yang tak baik tersebut. berikut point penting "Jangan Merokok" yang sejak zaman bahenol sudah di galakkan:
- Pasti masalah kesehatan.
Tunjuk tangan bagi yang ngotot beragumen bahwa rokok itu menyehatkan?
Kalau menenangkan pikiran,saya sependapat dengan kalian, tetapi Itu pun hanya untuk sesaat. ( Ibarat kata kayak persugihan, kita mau kaya, mau mapan? ada tumbalnya ) ya begitu Juga merokok, mau Keren, mau Nikmat sesaat, mau tenang, Kesehatan kita Tumbalnya.- Keuangan
Tentu tak semua perokok berada di kalangan ekonomi menengah keatas.
Jadi dengan membeli rokok perbungkus atau lebih setiap harinya akan berpengaruh miring terhadap kestabilan ekonomi si perokok. Apalagi bagi kalian yang masih minta uang jajan sama orang tua nya?
Sebenarnya masih ada banyak resiko dari setiap perokok, hanya saja karena stagnan dan bingung mau menyampaikannya dari mana, maka saya tuliskan 2 saja. ( Kalau saya pribadi lebih mempersoalkan di bagian Keuangan, Maklum, dikantong tinggal hijau selembar doank :( )
Kalau ada tambahan silahkan komat kamit sendiri.