Ditambah lagi dengan penambahan kalimat yang begitu kontekstual dalam memprovokasi pembaca.
Sudah terlalu banyak api di negeri ini, marilah kita bersama-sama menjelma menjadi air.
Jika berbicara masalah perbedaan, adakah di antara kita menghendaki berbeda-bedanya suku, agama, ras, dan warna kulit?
Tidak kawan. Karena semuanya terjadi begitu saja, hidup ini anugerah, Tuhan sudah mengatur semuanya, tidak ada yang ingin menjadi minoritas.
Apa mungkin mereka bisa memilih identitas sewaktu terlahir di dunia? Jawabnya pasti tidak. Kembali lagi dengan makna dari anugerah.
Terus atas dasar apa mereka menerima semua keadaan itu? Semua nya atas dasar pasrah dan syukur akan Tuhan sebagai sang pencipta.Â
Terus apakah mereka bersalah dan berdosa luar biasa karena telah berbeda dari kalangan mayoritas?
Ayo kita buka mata lebar-lebar lapangkan fikiran, alihkan nafsu dengan hal yang positif, buang dendam-dendam konyol, jangan jadikan perbedaan sebagai estafet kehancuran Indonesia.
Ingat!! Semakin damai Indonesia, semakin banyak negara lain yang iri, semakin rusuh Indonesia, tertawalah mereka pada Negeri ini.
Pesan ini saya tujukan buat kita seluruh lapisan warga Negara Indonesia. Untuk selalu menjunjung tinggi nilai toleransi perbedaan, tidak hanya berdasarkan perbedaan agama, suku, ras dan budaya tetapi juga toleransi dalam menerima perbedaan pendapat.
Dan perlu di ketahui juga, bahwa saya tidak menyinggung atau menyudutkan salah satu agama, tetapi berbicara terhadap konteks minoritas yang berada di lapisan seluruh rakyat Indonesia.