Siapa di sini yang doyan nyicip buah durian? Ayok, angkat tangan! Heu heu heu...
Berarti kita sama dong ya. Saya juga penikmat buah durian, sob.
Walau aromanya menyengat dan menampar batang hidung, cita rasa durian itu manis dan kadang ada pahit-pahitnya juga.
Iya, seperti dinamika kehidupan kita setiap hari. Kadang ada pengalaman manis, kadang pahit. Tapi, kita tetap menikmatinya, bukan begitu? Heu heu heu..
Lebih lanjut, durian merupakan tanaman perkebunan favorit petani di Desa Pacar, Kab. Manggarai Barat. Selain cengkeh, kopi, dan vanilli.
Favorit karena 5 tahun terakhir ini mayoritas masyarakat petani di Desa Pacar secara simultan menanam buah durian di perkebunan milik mereka.
Dan jauh sebelum itu, durian masih dibudidayakan dalam skala kecil, karena beberapa alasan yang melatarbelakanginya, seperti, misalnya; [1] lahan sempit, [2] belum berorientasi pasar, dan [3] keterbatasan pengetahuan dalam hal budidaya.
Namun, kini pembangunan pertanian dan/atau perkebunan di Desa Pacar dan sekitarnya mengalami masa-masa transisi. Ditandai juga dengan banyak membuka lahan baru, pengetahuan baru seputar dari dan tentang kebun, hingga adanya inovasi.
Di Desa Pacar, tanaman durian ditanami di lereng perbukitan dengan topografi 1500-1600 mdpl. Mayoritas lahan milik petani subur dengan kondisi tanah gambut.
Kebanyakan durian yang ditanami oleh petani ialah jenis durian lokal dan sisanya musang king. Khusus untuk varietas musang king misalnya, yang merasakan panen baru satu-dua orang. Lantaran dua tahun terakhir baru ditanami ramai-ramai.
Fakta lain juga menyuguhkan, di Desa Pacar sejauh ini, terdapat lima orang pekebun durian yang sejak awal memang serius menanam durian. Hampir semua mereka adalah pensiunan guru-guru sekolah dasar di desa.
Mereka ini juga bisa dikatakan sebagai pekebun upper class [peringkat teratas] jika dilihat dari hal kepemilikan kebun durian berikut capaian cuan dari penjualan durian.
Sebagai bentuk apresiasi, saya sebutkan saja namanya di sini yakni di antaranya; Bapa Yosef, Bapa Agustinus, Bapa Philipus, Bapa Martinus, dan Bapa Benedictus.
Teranyar adalah Bapa Yosef. Tahun 2024 ini beliau meraup cuan Rp 90 juta dari penjualan durian miliknya. Sementara kebun durian miliknya sekitar tujuh.
Pemasaran Durian
Durian-durian asal Desa Pacar--disebut juga durian Pacar--biasanya dipasarkan ke kota-kota terdekat yang ada di Flores. Seperti, misalnya, ke Labuan Bajo, Ruteng, Bajawa hinga ke Ende.
Ada juga pembeli yang datang dari Bima, Nusa Tenggara Barat [NTB]. Tapi mereka tidak datang langsung ke petani, melainkan menggunakan jasa pihak kedua (untuk menyebut pengepul dan sejenisnya).
Orang-orang asli Flores pada umumnya memang tidak terlalu doyan makan buah durian. Dan konsumen terbesar adalah para pendatang yang berasal dari Jawa, Sumatera, dlsb. Rata-rata mereka biasanya makan durian 2-3 biji per orang.
Harga durian lokal per buah itu relatif, tergantung ukurannya. Mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 50 ribu. Kalau diborong besar kecil, itu harganya lain lagi.
Sementara durian musang king dijual Rp 300 ribu per buah. Namun jumlahnya terbatas memang.
Durian Pacar itu memang tersohor berkat rasanya yang nyam-nyam, manis, dan sedikit ada pahitnya. Terbukti teman-teman dari luar daerah datang menyambang ke sini untuk makan.
Jadi, kapan dong kamu, kamu, dan kamu datang nyicip durian Pacar? Atau mau gak sih kamu yang manis itu jadi pacar akuh? heu heu heu..
Wasalam.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H