Dari besaran uang hasil penjualan cengkeh yang diterima Om Judas tersebut, sedini dijadikan buah bibir warga sekitar.
Positifnya adalah apa yang dialami oleh Om Judas itu dilihat sebagai motivasi sportif atau berkat bagi warga di sekitar untuk ikut membudidayakan tanaman cengkeh.
Tentu saja nilai-nilai bermasyarakat semacam itu dibiarkan tumbuh dan mekar di dalam hidup berkomunitas. Terlepas dari motif ekonomi misalnya.
Di tengah kompleksitas dan pelbagai tuntutan hidup saat ini pun, ada sebagian kecil dari petani cengkeh di Desa Pacar yang masih mengusahakan tanaman padi-sawah. Meski dalam skala kecil dan itu sifatnya subsisten.
Dimana hasilnya sebatas untuk menutupi makan keluarga. Sementara hasil daripada tanaman perkebunan (seperti halnya cengkeh) digunakan untuk membiayai uang sekolah anak, urusan kesehatan, dan lain sebagainya.
Namun, lagi-lagi spirit menanam itu harus tetap menggelora. Lantaran hidup di desa itu ada dalam satu tarikan nafas dengan tanam-menanam. Betul, ya!
Jadi, janganlah bermalas-malasan, karena umumnya di desa masih terdapat banyak lahan kosong yang subur dan bisa dimanfaatkan dengan baik.
Tentu saja tak hanya menanam pohon cengkeh, melainkan tanam apa saja yang berfaedah dan bisa meraup cuan.(*)
~Kopce~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H