Ditambah lagi prospek penjualan batang pisang mempunyai market share tersendiri, yakni dipasarkan di antara lingkaran orang-orang Manggarai. Karena memang rata-rata kepala keluarga di Manggarai mengandalkan pakan dari olahan batang pisang untuk dikonsumsi oleh babi.
Penyakit darah pada pohon pisang
Mayoritas tanaman pisang milik peternak di Desa Pacar akhir-akhir ini diserang oleh penyakit darah [blood disease of banana/BDB]. Penyakit ini dipicu oleh bakteri ralstonia syzygii subsp celebencesis.
Ternyata di Indonesia penyakit BDB ini memiliki sejarah panjang. Di mana pertama kali ditemukan di Sulsel tahun 1905 hingga hari ini. Seperti dibabar di dalam artikel Guest Lecture IPB University ini [sila klik untuk baca].
Adapun ciri-ciri pohon pisang yang terkena penyakit darah bisa dipelajari dan/atau diketahui lewat tayangan video berikut.
Situasi yang sama dirasakan pula oleh petani di Desa Pacar. Di mana mayoritas pohon pisang di kebun milik petani terkena penyakit darah ini. Tak terkecuali di kebun kami.
Saya tidak tahu persis penyakit semacam itu. Begitu juga kebanyakan orang di kampung saya. Lantaran, saya baru pertama kali mengalaminya dan juga tidak pernah mendengar kejadian serupa terjadi di masa lalu.
Dan sejauh ini belum ada langkah konkret untuk mencegah meluasnya penyebaran penyakit pada tanaman pisang ini. Namun, sementara ini pemerintah Kab. Manggarai Barat melalui Dinas Pertanian sebatas memberikan sosialisasi berupa pengenalan kepada masyarakat akan tanda-tanda tanaman pisang yang sudah terkontaminasi penyakit darah.
Peternak Babi jadi Pusang
Penyakit darah pada tanaman pisang ini sedemikian membuat pusang, kisruh hati petani, utamanya bagi peternak babi di Desa Pacar yang selama ini bergantung pada produk pakan babi lokal--olahan/campuran batang pisang.
Ada kekhawatiran akan kelangkaan stok batang pisang untuk diolah jadi pakan babi. Karena sebagian besar sudah terkena penyakit.