Hari ini, Selasa (21/06), merupakan momentum memperingati Hari Krida Pertanian. Peringatan Hari Krida Pertanian ini tidak banyak yang tahu, bahkan di lingkaran petani sekali pun.
Beberapa dari petani di kampung yang saya jumpai berikut saya tanyakan, menjawab tidak tahu seluk-beluk Hari Krida Pertanian [itu apa?].
Terlepas dari cerita perjumpaan dengan rekan-rekan petani di atas, sekadar menerangkan saja, bahwa Hari Krida Pertanian adalah momentum untuk mengenang, menghargai para petani, peternak, pegawai dan pengusaha yang bergerak di sektor pertanian.
Hari Krida Pertanian kemudian secara nasional diperingati setiap tahun pada tanggal 21 Juni.
Seperti melansir dari Kompas.tv, Hari Krida Pertanian pertama kali dirayakan jelang akhir abad ke-IX. Sejak saat itu juga mulai diperkenalkan adanya pranata mangsa, yaitu cara pembagian musim ke dalam 12 musim yang diuraikan secara lengkap antara lain hujan, angin, serangga, penyakit dlsb.
Tanggal 21 merupakan saat permulaan musim ke-I yang merupakan awal dari siklus ke-IX musim tersebut. Ditandai juga dengan musim panen sejumlah komoditas pertanian.
Makna
Perayaan Hari Krida Pertanian bermakna mengucap syukur kepada Tuhan, raja semesta alam, atas rejeki dan berkat yang diperoleh petani setelah setahun penuh bekerja tanpa mengenal lelah. Sehingga mampu menghasilkan pangan untuk memenuhi kebutuhan umat manusia.
Kredo Petani
Bila melongok sejarah, makna dan tujuan di balik perayaan Hari Krida Pertanian setiap 21 Juni, saya pribadi melihat Hari Krida Pertanian itu sebagai kredo--keyakinan atau dasar tuntunan hidup--petani khususnya dan umumnya semua pihak yang berjibaku di sektor pertanian.
Lebih lanjut, keyakinan itu kemudian diejawantahkan sebagai tuntunan yang kemudian mengarahkan setiap stakeholder terkait agar saling bekerjasama, bergotong royong untuk kebaikan bersama [bonum commune].
Ihwal setiap pelaku di dalam rantai ekosistem pertanian itu saling resiprositas, berhubungan timbal balik dan saling menguntungkan satu sama lain.