Babi dan tuak itu punya fungsi sentral. Selain sebagai ternak dan minuman adat, juga karena keduanya punya nilai ekonomi tinggi.
Terkhusus babi, kita perhatikan saat ini banyak dipelihara oleh masyarakat Manggarai. Karena memang dari segi harga dan pemanfaatannya, babi begitu bernilai.
Berbicara soal naiknya harga babi, utamanya di Manggarai Flores, persisnya terjadi pasca-merebaknya virus/demam babi afrika (african swine fever) 2 tahun yang lalu. Karena ya, setelah itu ketersediaan babi memang langka.
Pelihara babi, lebih lanjut, kini menjadi aktivitas kebudayaan komunitas. Dalam artian, tak terikat dengan praksis--bidang kehidupan masyarakat.
Jadi, mau Anda petani, guru, dokter, DPR, dlsb bisa memelihara babi. Intinya, ada niat dan tidak jijik. Itu saja.
Apalagi saat ini, umumnya masyarakat Manggarai berada pada titik pikir transisi ekonomi. Berpacu dalam ekonomi, demi hidup yang lebih baik.
Dan, lagi-lagi salah satu sarananya ialah dengan memelihara babi.
Kurang lebih begitu. Jadi, sudah siap memelihara babi, kawan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H