Namun, bagi Bapak, semboyan itu beliau manifestasikan dalam tindakan. Hal tersebut dilihat dari ethos kerja tinggi yang beliau tonjolkan selama hidupnya.
Guru separuh hati petani ada dalam satu tarikan nafas. Keduanya sama-sama dijadikan proporsi penting dan diseriusi oleh beliau.
Begitu juga, misanya, dalam setiap diskusi-diskusi kecil bersama kami anak-anaknya, beliau selalu 'menguliahi' kami soal pentingnya nyambi usaha tani di desa. Intinya, ya, tidak perlu gengsi.
Menanam di Pekarangan Rumah
Meski kini Bapak sudah pensiun seraya tak kuat lagi menyambang ke kebun, beliau tetap berkegiatan fisik dengan memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam aneka jenis sayuran, cabe kriting, tomat, jagung, jeruk nipis, tanaman herbal, dlsb.
Segmentasinya memang tidak untuk dijual melainkan sekadar dikonsumsi sendiri. Ya. Kalau bisa ditanam sendiri, kenapa harus beli? Kira-kira begitulah. Hehehe
Salam kopce, sobat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H