Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

100 persen Guru, 100 persen Petani

11 Desember 2021   15:59 Diperbarui: 12 Desember 2021   07:05 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tomat yang ditanami di pekarangan rumah. [fotoku]

Menjadi guru merangkap petani di desa merupakan salah satu keputusan terbaik yang pernah diambil oleh Bapak selama hidupnya.

Terbaik, karena selain memperoleh hasil yang nyata dan memuaskan tentu saja, juga pilihannya itu dirasa sangat logic mengingat aktivitas pertanian sangat mungkin dilakukan di pedesaan.

Ya. Selain atas dasar pertimbangan lahan bercocok tanam yang luas, juga kondisi tanah subur berikut iklim dan/atau cuaca yang bersahabat.

Selama beliau masih aktif mengajar di sekolah dasar, Bapak memanfaatkan sebagian dari uang gajinya untuk membeli berpulu-puluh tanah di desa. Selain itu, beliau juga membeli satu dua petak sawah dari warga sekitar.

Sepulang mengajar dari sekolah dulunya, Bapak begitu rutin melawat ke sejumlah kebun miliknya. Dan dalam hal mengurusi tanah sebanyak itu, beliau tidak sendirian tentu saja, karena ada beberapa buruh tani di desa yang siap untuk membantu dengan imbalan upah.

Lebih lanjut, pada tanah-tanah hasil pembelian tersebut, beliau tanami aneka jenis tanaman industri, seperti cengkeh, kopi, fanili, dan baru-baru ini porang.

Tak hanya itu, beliau juga urun menanam tanaman hortikultura, palawija dan buah-buahan seperti salak, durian, rambutan, nanas, dlsb. Walau masih dikembangkan dalam skala kecil di pekarangan rumah misalnya.

Tomat yang ditanami di pekarangan rumah. [fotoku]
Tomat yang ditanami di pekarangan rumah. [fotoku]

100 persen Guru, 100 persen Petani

Selama hidupnya hingga pensiun kini, Bapak punya semboyan 100 persen Guru 100 persen Petani.

Semboyan beliau itu, saya kira, terinspirasi dari semboyan Mgr. Soegijapranata [alm], yakni "100 persen Katolik dan 100 persen Indonesia. Kendati selama ini beliau tak pernah mengatakannya dengan tegas. Hehehe 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun