Hampir tiga tahun lebih, saya tidak pergi beribadah ke gereja. Dan mohon jangan ditanya alasanya kenapa, karena itu sangat pribadi.
Tapi, hari ini, Minggu [21/11], saya kembali melangkahkan kaki ke rumah Tuhan itu, karena alasan cinta dan kemanusiaan, yakni menyaksikan Nona, anak sang Emakoe yang menerima Komuni Pertama [selanjutnya saya singkat KP].
Komuni Pertama itu istilah untuk penerimaan komuni [roti dan anggur yang telah dikonsekrasi] pertama kalinya oleh seorang yang telah dibaptis secara Katolik
Tadi, pagi-pagi buta, seusai berdandan rapih dan siap ke gereja, si Nona membangunkan saya yang sedang tertidur pulas di kamar.
"Bapa Ke.. Bapak Ke.. [begitu saya biasa dipanggil], bangun su! Nanti ikutlah kita ke gereja. Tega kali jika Bapa Ke tak ikut menyaksikan Nona terima komuni pertama"
"Bapa Ke, bangun su. Pergi mandi!" lanjutnya lagi.
Jadilah saya terbangun walau dengan kepala terasa sedikit berat. Maklum, semalam suntuk begadang nonton bola. Ya, jikalau bukan karena alasan mengikuti KP si Nona, mungkin saya akan berpikir dua kali untuk pergi ke gereja.
Lebih lanjut, selama ekaristi berlangsung, dari kursi duduk paling belakang saya menyaksikan Nona beserta anak-anak calon penerima KP yang lain sangat antusias.
Apalagi ketika mereka berjalan, berbaris, seraya mengenakan busana adat. Tampak cantik-cantik dan ganteng-ganteng dengan senyuman khas masing-masing.
Di dasar hati, mereka pasti sudah tak sabaran, ingin sekali merasakan akan seperti apa rasanya menerima roti dan anggur yang telah dikonsekrasi. Saya ikut membayangkan hal itu, lantaran dulu saya juga pernah berada di posisi mereka. Begitulah kira-kira.
Dan benar saja, setelah misa KP usai, saya lalu menayakan rekasi Nona seusai mencecap roti dan anggur [communion] untuk pertama kalinya. Dan jawabannya adalah; "enak dan manis". Nona kemudian menganalogikannya seperti memakan roti dengan meminum jus stroberi. Heu heu heu...