Menurut cerita Emakoe, waktu itu mereka hanya mendengarkan suara "mbeeb", mirip bunyi buah kelapa yang jatuh ke tanah. Dan setelah Emakoe dan buruh petik lain mengidentifikasi asal sumber bunyi, mereka kaget minta ampun tatkala mengetahui bahwa itu adalah jasad saya yang terjatuh dari atas pohon.
Ada di antara mereka yang menangis histeris serta meneriaki nama saya. Hingga yang ada dipikiran mereka saat itu adalah "I am gone".
Karena memang, jika bertolak dari cakaran matematis, jatuh dari ketinggian seperti itu kecil kemungkinan untuk selamat. Atau jika beruntung, banternya patah tulang, berikut cacat seumur hidup.
Akan tetapi, begitu mereka semua secara seksama memeriksa kondisi fisik saya, mereka tercengang karena tidak ada satu pun tanda-tanda memar dan/atau bekas luka di sekujur tubuh saya. Pun jantung saya masih berdetak nafas. Ya, seakan tertidur seperti biasa saja.
Lebih lanjut, sementara saya masih dalam kondisi tak sadarkan diri itu, Emakoe menggendong saya ke rumah, lalu membaringkan saya di atas tempat tidur. Emakoe juga tidak menunjukkan gimik mencurigakan, seolah-olah semuanya biasa-biasa saja.
Emakoe tetap menenemani saya di samping, hingga tak lama setelah itu saya kembali siuman. Dan, ketika saya sudah siuman, bapak dan mama serta beberapa tetua desa sudah berada di samping saya. Raut wajah mereka terlihat harap-harap cemas akan kondisi saya.
Waktu itu di desa memang belum ada puskesmas. Rumah sakit juga jauh di kota kabupaten. Jadi ya, tidak ada tindakan medis yang berarti.
Dan ketika mereka bertanya kepada saya seperti apa yang kamu rasakan? Apakah selama pingsan itu kamu bermimpi bertemu atau melihat sosok asing atau tak biasa? Saya katakan tidak. Biasa saja.
Tapi, lebih daripada itu saya sendiri berkeyakinan bahwa, ada sosok 'Lain' yang menolong saya sewaktu itu. Entah siapa dan darimana datangnya. Saya juga tidak tahu.
Setelah kejadian itu, kedua orangtua saya serta keluarga besar membuat sebuah acara khusus kepada sosok 'Lain' itu ketika menggelar upacara syukuran panen. Selain bermunajat doa, rasa terima kasih pun dihaturkan.
Hingga kini pun saya selalu mengasosiasikan sosok yang 'Lain' itu ke dalam tiga dimensi kuasa, yakni [1] Mori Jari Dedek (Tuhan Sang Pencipta) yang selalu menolong hambanya tatkala dalam kesusahan.