Saat saya kecil, situasi di mana belum cukup umur untuk mencecap tuak, saya sering menyaksikan para tetua dan kekek buyut berkumpul sambil menenggak tuak di dalam mbaru gendang (rumah adat Manggarai). Mereka terlihat begitu energik dan hangat dalam rasa persaudaraan.
Bahkan dalam kondisi setengah fly sekali pun, mereka masih bisa menjaga sikap, gaya bicara terukur dan respect terhadap satu sama lain.
Pendek kata, dari cerita pengalaman tersebut, saya sampai pada sebuah pemahaman bahwa tuak bagi orang Manggarai merupakan produk kebudayaan dan olehnya tuak mempunyai fungsi sentral dalam proses ritual adat. Satu sisi, jamuan tuak dapat pula untuk memaknai kematian.
Sekian!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H