Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Petani Cengkeh dan Buruh Petik Saling Memuliakan

1 Mei 2021   06:23 Diperbarui: 1 Mei 2021   16:00 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu saya luruskan terlebih dulu bahwa, petani cengkeh di sini adalah mereka yang memiliki perkebunan cengkeh, sementara buruh tani adalah mereka yang dipekerjakan oleh petani untuk memetik cengkeh. 

Diskursus panen cengkeh takkan pernah jauh dari peran buruh petik. Tanpa andil mereka, saya yakin pemetikan bunga cengkeh tidak akan sampai pada garis finish.

Apalagi bila berbicara tentang perkebunan cengkeh yang besar misalnya. Paling tidak, sebagai petani cengkeh, saya rasakan betul seperti apa manfaat bekerja sama dengan buruh petik.

Adapun manfaat dari buruh petik selama proses pemetikan cengkeh adalah sebagai berikut.

Pertama, mempercepat proses pemetikan cengkeh.

Adalah lazim dalam satu periode panen, bunga cengkeh akan matang dalam waktu yang bersamaan. Dengan begitu, pemetikan harus dilakukan secara serentak dan/atau menyeluruh.

Hal ini dilakukan agar kepala dari bunga cengkeh tidak terlanjur mekar dan jatuh. Apabila hal itu terjadi, kualitas panen akan menurun dan tentu saja akan beepengaruh pada harga jual.

Maka, untuk menyiasati hal itu terjadi, petani cengkeh biasanya mempekerjakan buruh tani agar memudahkan mereka dalam pemetikan.

Kedua, menghemat waktu, biaya dan tenaga.

Untuk memetik bunga cengkeh yang banyak tadi, biasanya memakan waktu yang berbulan-bulan. Tersebab, tidak mungkin rasanya apabila petani sendirian dalam melakukan pemanenan cengkeh sebanyak itu.

Perlu diketahui, proses pemanenan cengkeh adalah pekerjaan yang amat sukar dan sangat menjenuhkan. Karena memang dari segi waktu, biaya dan tenaga yang diperlukan tidaklah sedikit. Pemanenan cengkeh berbeda dengan komoditi lainnya.

Sehingga dengan adanya tenaga buruh petik ini, petani cengkeh sangatlah terbantu.

Memiliki Hubungan Resiprositas

Buruh tani/petik di tempat saya adalah mereka yang dikelompokkan ke dalam petani gurem, atau mereka yang tidak memiliki lahan yang cukup untuk bertani. Sehingga sebagai profesi alternatif, untuk mencari penghasilan tambahan, mereka memilih jadi buruh petik, tukang, kuli dan seterusnya.

Saya kira, eksistensi buruh tani di negeri ini lebih banyak daripada petani. Meski demikian, baik petani dan buruh tani (buruh petik cengkeh) memiliki relasi yang resiprositas--hubungan timbal balik dan saling menguntungkan.

Bagi saya, keduanya merupakan soko guru perekonomian desa. Hal ini relevan karena desa diasosiasikan sebagai komunitas kaum proletariat (petani dan buruh).

Dan, bila berbicara soal upah buruh petik cengkeh di tempat saya dan umumnya di Indonesia, saya kira sejauh ini nominal dan angka riil upah buruh amat equilibrium dengan kepantasan atas jasa kerja keras mereka.

Di tempat saya, Flores, upah harian buruh tani/petik cengkeh adalah Rp 80.000,00. Nominal ini belum termasuk pengeluaran makan-minum, rokok dan uang transport. Jika dihitung keseluruhannya adalah Rp 110.000,00.

Sementara di Bali dan Sulawesi, kata teman-teman saya yang notabene mereka adalah petani cengkeh besar, upah harian buruh petik cengkeh adalah Rp 130.000,00. Belum termasuk biaya lainnya.

Jika kita bandingkan upah riil yang diterima buruh petik cengkeh di Flores, Bali dan Sulawesi di atas dengan survei besaran upah buruh tani nasional versi Badan Pusat Statistik (BPS) per Januari 2021 yang menyebutkan upah buruh tani per harinya adalah Rp 56.176,00, saya kira cukup jomplang antar keduanya.

Padahal, dalam taksiran saya, jam kerja yang diberikan juga sama. Yakni, 8 jam sehari.

Terlepas dari perbedaan sistem pengupahan buruh tani di atas, saya kira dengan nominal/angka riil Rp 56.176,00 tidak akan banyak menolong buruh tani. Jauh panggang dari api. Sementara banyak kebutuhan hidup yang mendesak.

Tapi memang, kesejahteraan buruh tani di negeri ini memang perlu diperhatikan lagi. Jika dirasa tidak mungkin mengandalkan kebijakan pemerintah, mari kita mulai dari lingkungan sesama petani.

Semoga bermanfaat.

Selamat memperingati Hari Buruh Internasional untuk petani dan buruh tani Indonesia. Tetap militan menjalani hidup!

Salam cengkeh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun