Saat ini hampir semua petani di Manggarai Barat, Flores berlomba-lomba menanam porang. Hal tersebut didorong oleh semangat survival akan harga umbi porang yang amat menggiurkan.
Di Desa Pacar, Kec. Pacar misalnya, selama beberapa tahun terakhir ini para petani mulai fokus membudidayakan komoditi satu ini. Ada yang ditanami di lahan baru, tapi ada juga yang ditanam tumpangsari di sela-sala tanaman perkebunan lainnya.
Memasuki awal tahun 2021 kemarin, ada di antara mereka, petani porang di Desa Pacar, yang melakukan panen umbi porang perdana.
Seperti halnya Om Ogen Tasong. Salah seorang petani muda yang melakukan panen umbi porang perdana pada Kamis (22/04). Terhitung panen umbi porang perdananya kali ini menghasilkan 7 kwintal, atau 700 kg.
Menurutnya, umbi porang miliknya itu akan diolah (baca: diiris-iris dan dikeringkan/dijemur) terlebih dulu, sebelum dijual kepada pembeli yang konon datang dari Pulau Jawa. Satu sisi, hal itu dilakukan guna menambah nilai jual umbi porang.
Baca juga: Begini Cerita Panen Umbi Porang di Tengah Pandemi
Fakta lain juga menyuguhkan bahwa, pengembangan usaha pertanian porang di Manggarai terkendala alat/mesin pengolahan. Imbasnya, petani masih menjual produk pertaniannya dalam bentuk mentah.
Harga porang di Manggarai
Umbi porang basah di tengah petani Manggarai sejauh ini dihargai Rp 6000,00 sampai Rp 8000,00 per kg. Sementara untuk umbi porang yang sudah diiris-iris dan telah dikeringkan berada dikisaran Rp 55.000,00 hingga Rp 60.000,00 per kg.
Taksiran harga di atas memang relatif dan sewaktu-waktu bisa berubah. Ya, tergantung iklim bisnis.
Lebih lanjut, harga porang bulan April ini mengalami sedikit kenaikan dari bulan Januari-- Maret 2021 kemarin. Perubahan harga itu ditenggarai oleh tingginya permintaan pasar global akan umbi porang di tengah petani lokal.
Baca juga: Tanaman Porang, Varian Baru Pertanian Manggarai
Pada tahun 2020 saja misalnya, ekspor porang dari Flores (termasuk di dalamnya trio Manggarai Raya sebagai produsen utama) bernilai sekitar 2,7 miliar. Pendapatan ini didapatkan dari 59,6 ton umbi porang yang dikirim ke luar negeri, melalui Pulau Jawa.
Tanaman porang serta manfaatnya
Tanaman porang bermarga Amorphophallus muelleri. Tanaman porang dewasa biasanya berdiameter 100 cm sampai 250 cm. Ukurannya setara umbi jalar, bulat dan memiliki kulit luar yang tebal dan kasar.
Ada pun ciri lain yang mencolok dari tanaman porang ialah memiliki batang yang tegak, lunak, tekstur batang yang halus dan berwarna hijau belang-belang dengan totol putih.
Produk yang dapat dihasilkan dari olahan umbi porang yakni lem, alat kosmetik, kebutuhan farmasi, bahan makanan dan masih banyak lagi.
Baca juga: Ayo, Petani Indonesia Tanam Porang!
Pertanaman Polikultur Manggarai
Perlu diketahui, pertanian Manggarai adalah pertanian yang mengusung konsep polikultur (pertanaman campuran). Di mana, terdapat dua jenis tanaman atau lebih yang ditanami pada saat yang bersamaan dalam satu areal lahan.
Ada kecendrungan, cengkeh dan kopi acapkali dijadikan polikultur. Sehingga, orang lebih mengenal petani Manggarai sebagai petani CK (cengkeh kopi).
Sebagaimana kopi dan cengkeh merupakan dua komoditi standar yang ditanami secara bersamaan dalam satu areal lahan oleh para petani Manggarai.
Namun, ketika tanaman porang beberapa tahun terakhir berhasil mencuri perhatian dan dielu-elukan oleh petani seantero negeri, dengan sendirinya petani CK Manggarai ikut terpanggil untuk ikut membudidayakannya.
Alhasil, selama tiga tahun terakhir ini tanaman porang turut dikembangkan jadi tanaman polikultur oleh petani Manggarai. Maksud saya, ditanami dengan cara tumpangsari di sela-sela pohon cengkeh atau bersebelahan dengan pohon Kopi Arabica Manggarai (KAM).
Baca juga: Harga Porang dan Cengkeh Saling Sikut di Pasaran
Salam Cengkeh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H